PERILAKU
TIKUS SAWAH
(Rattus
argentiventer)
Oleh:
ANANG BUDI PRASETYO,SP
BPP KECAMATAN GADING
1. Aktifitas harian
Merupakan hewan nokturnal yang telah beradaptasi dengan
fenologi tanaman padi. Secara rutin,
aktifitas harian dimulai senja hari hingga menjelang fajar. Selama periode
tersebut, tikus sawah mengeksplorasi sumber
pakan dan air, tempat berlindung, serta mengenali pasangan dan individu dari kelompok lain. Siang hari
dilalui dengan bersembunyi dalam lubang, semak belukar, atau petakan sawah
(ketika padi telah rimbun). Selama terdapat tanaman padi, ruang gerak (home
range) berkisar 30- 200 m dan teritorial 0,25-1,10ha. Ketika bera dan pakan
mulai terbatas, sebagian besar tikus sawah berangsur pindah ke tempat yang menyediakan
pakan hingga 0,7-1,0 km atau lebih, seperti pemukiman, gudang benih,
penggilingan dll. Pada awal musim tanam, tikus sawah yang berhasil survive
kembali ke persawahan.
Tergolong hewan omnivora yang mampu memanfaatkan beragam
pakan untuk bertahan hidup. Komposisi pakan yang dikonsumsi tergantung kondisi
lingkungan dan bervariasi sepanjang stadia tumbuh padi. Meskipun demikian, padi
merupakan pakan utama yang paling disukainya. Kebutuhan pakan ±10-15% dari
bobot badannya dan minum air ±15-30 ml per hari. Material pakan dalam lambung
berupa endosperm padi, bagian pangkal batang padi, serpihan rumput-rumputan,
potongan tubuh arthropoda, bagian tanaman dikotil, dan materi lain. Ketika bera
pratanam hingga semai padi, tikus sawah mengkonsumsi rumput-rumputan (45%),
endosperm (31%), dan yang lain (4-10%). Pada saat padi vegetatif, beragam pakan
relatif setara dikonsumsinya (17-25%), sedangkan pada padi generatif pakan
berupa endosperm (51%), arthropoda (12%), dan bagian tanaman non-padi (7-18%).
Dalam mengkonsumsi pakan, tikus sawah lebih dahulu mencicipi untuk mengetahui
reaksi terhadap tubuhnya dan apabila tidak membahayakan akan segera memakannya.
- Perilaku reproduksi
Perkembangbiakan tikus sawah sangat tergantung keberadaan
tanaman padi. Kondisi aktif reproduksi hanya terjadi pada padi stadia
generatif. Selama bera panjang hingga padi vegetatif, tikus sawah dewasa tidak
aktif reproduksi. Pada saat tidak aktif, testis tikus sawah kembali masuk dalam
rongga perut (testis abdominal), dan akan kembali ke scrotum pada saat musim
kawin (testis scrotal). Akses kawin terhadap sejumlah betina dikuasai oleh
jantan dominan yang menguasai teritorial tertentu.
- Perilaku bersarang
Merupakan hewan terrestrial yang membuat lubang di dalam
tanah sebagai tempat tinggal. Lubang yang dihuni tikus disebut “lubang aktif”.
Pada saat bera panjang, tikus sawah lebih banyak tinggal di habitat pelarian
(refuge area) seperti semak, pekarangan, atau migrasi ke gudang padi. Pada
stadia vegetatif padi, lubang aktif berbentuk sederhana dan dangkal,
tetapi menjadi komplek dan bercabang
pada stadia generatif padi yang juga merupakan saat berkembang biak tikus
sawah. Pada umumnya, lubang aktif berisi tikus betina beserta anak-anak
pradewasa. Selama aktif reproduksi, tikus jantan tinggal dalam petak lahan
menunggu malam hari untuk kawin dengan betina dalam kelompoknya.
- Perilaku sosial
Mencakup perilaku menjaga wilayah kekuasaan (territorial)
dan tingkatan sosial (hierarkhi). Pada kerapatan populasi rendah hingga sedang,
seekor jantan dominan paling berkuasa atas sumber pakan, jalur jalan, lokasi
bersarang, dan tikus betina dalam kelompoknya. Pada intensitas populasi tinggi,
jantan yang kalah kompetisi (subordinat) keluar mencari wilayah dan membentuk
kelompok baru. Perilaku tersebut menyebabkan penyebaran populasi yang merata
sehingga tikus sawah mampu mengokupasi wilayah yang luas (terutama di daerah
endemik).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar