PENGENDALIAN GULMA PADI
Oleh :
ANANG BUDI PRASETYO,SP
PPL BPP KECAMATAN GADING.
Pengendalian gulma dari tanaman padi perlu
dilakukan untuk menghindari persaingan antara padi dan gulma dalam mengambil
unsur hara, selain itu dengan bersihnya gulma di sekitar tanaman padi maka
penyebaran hama penyakit padi sudah dibuat seminimum mungkin atau bahkan
terputusnya medai penyebar hama penyakit padi. Ada beberapa cara yang dapat
dilakukan untuk membersihkan gulma yaitu ;
a. Penyiangan
gulma dengan tangan
Umunya petani menyiang gulma dengan
tangan (manual weeding) dengan atau tanpa alat bantu seperti kored, atau
menginjak - injak gulma dengan kaki. Cara ini banyak membutuhkan waktu, biaya, tenaga, dan cukup
membosankan. Padahal setelah padi ditanam, petani juga ingin santai tidak harus
terus - menerus berpanas dan berlumpur di sawah. Apalagi petani muda lebih
menyukai bekerja di pabrik, buruh bangunan, berdagang, dan usaha lainnya dengan
hasil yang lebih pasti dengan resiko rendah. Waktu tanam serempak menyebabkan
terjadinya peningkatkan tenaga kerja pada periode yang sama, sehingga terjadi
persaingan dalam pemenuhan tenaga kerja. Karena tenaga kerja terbatas, atau
karena hujan lebat datang terus - menerus, penyiangan sering tertunda.
Curahan
tenaga kerja untuk penyiangan pertama dan kedua tergantung dari kepadatan gulma
di petakan masing - masing, berkisar antara 25 - 35 masing - masing hari kerja
dan 15 - 25 hari kerja. Sedangkan total curahan tenaga kerja dalam satu musim
tanam berkisar antara 40 - 60 orang. Apabila upah kerja menyiang Rp. 15.000 per
hari berarti selama satu musim tanaman diperlukan biaya penyiangan antara Rp.
600.000 sampai Rp. 900.000 per ha (Pane dan Noor, 1999).
Penyiangan
dengan tangan memungkinkan gulma yang mempunyai kesamaan morfologi dengan padi
akan tertinggal karena tidak tersiangi, misalnya gulma jahat timunan
(Leptochloa chinesis). dan gulma jajagoan (E.crus-galli). Spesies gulma ini
dianjurakan untuk disiangi dan bunganya dipotong dengan sabit supaya tidak berkembang
biak.
Pencabutan
rumpun - rumpun gulma dengan tangan, efektif untuk gulma - gulma semusim atau
dua musim. Sebaliknya untuk gulma tahunan pencabutan dengan tangan
mengakibatkan terpotongnya bagian tanaman (rhizoma, stolon, dan umbi akar) yang
tertinggal di dalam tanah, sisa organ tumbuhan tersebut efektif sebagai sumber
perbanyakan vegetatif untuk tambah lagi. Penyiangan dengan tangan menjadi sulit
bila dilakukan pada spesies gulma yang daunnya dapat melukai anggota badan,
seperti Leersia hexandra atau Scleria spp., atau gulma yang dapat menyebabkan
iritasi, sperti Rottboellia exaltata.
b.
Cara Mekanis
Penyiangan
gulma secara mekanis bisa menggunakan gasrok, landak, atau alat penyiang
bermesin atau alat yang ditarik dengan ternak, dan diterapkan apabila areal
padi ditanam dalam barisan yang teratur dan lurus. Umumnya petani tidak mampu
membeli alat penyiang tersebut karena harganya relatif mahal. Cara penyiangan
mekanis membutuhkan waktu pengerjaan yang relatif lebih cepat dibandingkan
dengan cara penyiangan dengan tangan. Penggunaan alat penyiang mekanis berisiko
merugikan pertumbuhan tanaman, karena alat tersebut sering menimbulkan
kerusakan mekanis pada akar maupun batang tananam padi, terutama kalau jarak
tanam padi tidak teratur.
c.
Herbisida
1)
Kriteria
penting dalam memilih herbisida yang baik adalah ;
(1) daya bunuhnya terhadap gulma sasaran
efektif, terutama selama periode kritis persaingan gulma,
(2) mempunyai selektivitas tinggi terhadap
tanaman pokok,
(3) murah, aman terhadap lingkungan termasuk
terhadap manusia dan hewan, dan persistensinya pendek sampai medium sehingga
tidak merugikan tanaman pada pola tanam berikutnya,
(4) tidak bersifat antagonis (bertentangan) bila
dicampur dengan herbisida lain, dan
(5) tahan terhadap perubahan kondisi cuaca dalam
jangka waktu terbatas.
2)
Jenis
Herbisida
Jenis - jenis
herbisida tersebut banyak dipasarkan di Indonesia dengan berbagai macam bahan
aktif dan formulasi, seperti larut air/ bubuk larut air ; formulasi emulsi,
pasta, cairan dapat alir, butiran maupun tepung. Cara aplikasinya pun berbeda -
beda, ada yang disemprotakan, diteteskan atau ditaburkan. Waktu aplikasi juga
bervariasi sebelum tanam (pratanam), pada tanaman utama telah ditanam tetapi
gulma belum tumbuh (pratumbuh) atau sesudah gulma dan tanaman tumbuh
(purnatumbuh).
3)
Aturan
Pemakaian Herbisida
Salah satu aturan
yang harus diikuti sebelum herbisida diapliksi di lapangan ialah melakukan
kalibrasi. Kalibrasi bertujuan untuk memeriksa apakah peralatan yang digunakan
bekerja sempurna, sekaligus untuk menentukan kecepatan berjalan waktu
menyemprot. Terlampau cepat berjalan , berarti jumlah herbisida yang keluar per
satuan luar berkurang, akibatnya efikasi herbisida rendah. Terlampau lambat
berjalan akan menyebabkan takaran herbisida yang disemprotkan per satuan luas
melebihi dosis yang ditentukan, sehingga tanaman keracunan. Persisi kecepatan
jalan harus sesuai ketentuan agar dosis yang diaplikasikan juga benar.
4)
Faktor-Faktor
yang harus diperhatikan
Faktor - faktor penting yang harus diperhatikan
pada saat akan
mengaplikasikan hebisida dilapangan ialah ;
- Jenis
herbisida yang akan dipakai sesuai dengan gulma sasaran.
- Dosis
pemeberian herbisida tepat dan sesuai dengan kalibrasi yang sudah dilakukan.
- Waktu
aplikasi tepat dan benar sesuia dengan pola aksi (mode of action) herbisida
(pratanaman, pratumbuh, awal pascatumbuh, dan pascatumbuh);
- Waktu
menyemprot sebaiknya di pagi hari, pada saat angin belum bertiup kencang dan
hujan tidak datang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar