PERSONIL BPP GADING

Senin, 31 Desember 2012

KOREKSI TERHADAP CARA PENGUKURAN UBINAN TANAMAN PADI PADA KAJI TERAP DI DESA KEBEN KECAMATAN GADING TAHUN 2012



KOREKSI TERHADAP CARA PENGUKURAN UBINAN TANAMAN PADI
PADA KAJI TERAP DI DESA KEBEN KECAMATAN GADING TAHUN 2012

ANANG BUDI RASETYO,SP
BPP KECAMATAN  GADING


Tujuan kegiatan yang dilaksanakan oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) antara lain adalah  mendapatkan  teknologi  spesifik  lokasi  yang  dapat meningkatkan produktivitas lahan dan pendapatan petani (BPTP  Jawa  Timur, 2012).  Dalam  melaksanakan  misi tersebut,  BPTP  menugaskan tim  pengkaji  di wilayah-wilayah  sasaran  sebagai  pemandu kegiatan pengkajian   bekerja   sama   dengan   aparat   Dinas Pertanian  dan  penyuluh  setempat.  Dalam  pengkajian teknologi spesifik lokasi, salah satu data penting yang  diperoleh adalah  data  hasil  panen.  Pendugaan  hasil panen  dilakukan dengan  menimbang  hasil  tanaman contoh pada plot panen, yang di kalangan aparat Dinas  Pertanian disebut ubinan.
Dalam pengukuran ubinan di lapangan terjadi perbe-daan prinsipiil antara cara yang biasa dilakukan oleh tim pengkaji BPTP (untuk selanjutnya disebut cara peneliti) dan cara  yang  dilakukan  oleh  aparat  Dinas  Pertanian  atau penyuluh  (untuk  selanjutnya  disebut  cara  penyuluh). Perbedaan cara pengukuran tersebut menghasilkan data yang  berbeda  pada  areal  ubinan  yang  sama.  Dengan demikian, perlu ada pembuktian cara pengukuran ubinan yang betul.



BAHAN DAN METODE


Bahasan   pada   makalah   ini   diangkat   dari pengalaman pengukuran  ubinan  bersama  antara  tim pengkaji  BPTP  Jawa Timur   dan  para  penyuluh pertanian  lapangan  (PPL)  di  lokasi  pengkajian, yaitu di Desa Keben Kecamatan Gading Kabupaten Probolinggo.   Pengukuran  ubinan  dilaksanakan  pada  pertanaman  padi  dan palawija,   namun   untuk   penyederhanaan, contoh-contoh kasus  yang  ditampilkan  hanya  untuk tanaman padi.Personil  inti  tim  pengkaji  BPTP  Jawa  Timur  di  lokasi tersebut  sama,  sedangkan  tim  PPL  di  Kecamatan gading  Analisis permasalahan   terdiri   atas   dua   tahap, yaitu: (1)  penyebab terjadinya perbedaan pengukuran antara tim pengkaji BPTP dan tim PPL, serta (2) pembuktian cara pengukuran yang betul dari cara peneliti dan cara penyuluh tersebut.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perbedaan cara pengukuran ubinan antara cara peneliti dan cara penyuluh pada dasarnya menyangkut dua faktor, yaitu penentuan pengukuran ubinan dan penentuan posisi batas areal ubinan. Pada cara penyuluh, ukuran ubinan ditentukan atau dibakukan 2,50 m x 2,50 m dan posisi batas ubinan tidak ditentukan. Pada cara peneliti, ukuran tidak ditentukan atau tidak dibakukan. Posisi batas ubinan harus pada pertengah- an jarak antartanaman, kecuali pada jarak tanam tidak teratur (acak).
Pada jarak tanam padi 250 cm x 250 cm atau pada jarak tanam tidak teratur, perbedaan cara pengukuran ubinan tersebut tidak menyebabkan perbedaan data hasil. Namun, pada jarak tanam yang lain, perbedaan cara pengukuran antara peneliti dan penyuluh berakibat pada perbedaan data hasil. Contohnya pada pengukuran ubinan di Talagasari. Pada populasi tanaman padi yang sama dengan jarak tanam 27 cm x 27 cm, luas ubinan menurut cara penyuluh adalah 6,25 m2, sedangkan menurut cara peneliti 7,29 m2. Dengan demikian, data hasil dalam setiap hektar berbeda pula (Tabel 1).
PENYEBAB PERBEDAAN CARA PENGUKURAN
Ketentuan ukuran ubinan padi 2,50 m x 2,50 m di kalangan penyuluh, aparat Dinas Pertanian, dan Badan Pusat Statistik
Tabel  1. Perbedaan   hasil   ubinan   antara cara  penyuluh  dan  cara peneliti :

Cara  penyuluh
Cara  peneliti
Populasi  tanaman  pada  ubinan
10  x  10  tanaman  = 100  tanaman
Populasi  tanaman  pada  ubinan
10  x  10  tanaman  = 100  tanaman
Ukuran  ubinan  2,50  m  x  2,50  m
Ukuran  ubinan  2,70  m  x  2,70
=  6,25  m2 =  7,29  m2
Hasil ubinan 6,6  kg GKP
Hasil  tiap  ha  10.560  kg  GKP
Hasil ubinan 6,6 kg GKP
Hasil  tiap  ha  8.114  kg  GKP
 
Berlaku untuk seluruh Indonesia. Ketentuan ini dibuat agar ukuran ubinan tidak kurang dari standar minimal ukuran ubinan padi yaitu 5 m2 (Gomez, 1972). Juga agar tidak terlalu luas, sehingga mempermudah pelaksanaan pengukuran dan perhitungan konversi data hasil ke hektar. Hasil ubinan (kg) dikalikan 16 dan satuannya menjadi kuintal. Misalnya, hasil ubinan 4 kg, maka perhitungan hasil tiap hektar adalah 4 x 16 = 64  kuintal. Ketentuan ukuran baku ini dengan sendirinya tidak mempersoalkan posisi batas areal ubinan di antara rumpun tanaman.
Pengukuran ubinan cara peneliti mengharuskan posisi batas areal ubinan berada pada pertengahan jarak antar- tanaman. Karena jarak tanam bervariasi, maka ukuran ubinan tidak ditentukan, sejauh tidak kurang dari standar minimal.
Perbedaan cara pengukuran ubinan antara peneliti dan penyuluh bersumber dari perbedaan sudut pandang mengenai jarak tanam. Pengukuran cara peneliti didasarkan pada sudut pandang bahwa jarak tanam merupakan cerminan luas bidang lahan yang ditempati tiap tanaman. Jarak tanam dalam bahasa Inggris disebut spacing, berasal dari kata space yang salah satu artinya yaitu jarak atau luas bidang di antara atau di dalam sesuatu (Webster, 1977). Batas bidang lahan tersebut  terletak  pada  pertengahan  jarak  antartanaman. Pemahaman ini disebut “sudut pandang matematis” karena melihat korelasi antara luas bidang pertanaman dan populasi tanaman. Sebaliknya cara penyuluh tidak mempersoalkan posisi batas areal ubinan, karena tidak melihat makna jarak tanam sebagai luas bidang lahan yang ditempati tanaman. Jarak tanam semata-mata berarti jarak antartanaman. Pema- haman  ini  disebut  “sudut  pandang  praktis”.  Perbedaan antara sudut pandang praktis dan matematis disajikan pada Gambar 1.
Bagi penyuluh, ketika mereka menghitung populasi tanaman pada satu bidang pertanaman padi, meter 0 (nol) terletak pada titik tempat tanaman tumbuh. Bila jarak tanam padi 25 cm x 25 cm, pada panjang 1 m terdapat 5 titik tanam, dan pada panjang 2 m terdapat 9 titik tanam. Jadi populasi pada areal 1 m2 = 5 baris tanaman x 5 tanaman/baris = 25 tanaman, dan pada areal 2 m2  populasi tanaman = 5 baris tanaman  x  9  tanaman/baris  =  45  tanaman.  Pada  areal pertanaman  3  m2  populasi  tanaman  menjadi  65.  Hasil perhitungan di lapangan tidak matematis, karena setiap kelipatan luas pertanaman tidak berarti kelipatan populasi. Bila pada areal 1 m2 populasinya 25 tanaman, maka pada areal 2 m2 harus menjadi 50 tanaman (Gambar 2).
Pada  pengukuran  luas  bidang  pertanaman  dengan sudut pandang matematis, meter 0 (nol) dan meter akhir pengukuran (meter n) terletak pada titik pertengahan jarak antartanaman. Bila jarak tanam 25 cm x 25 cm, pada panjang 1 m terdapat 4 titik tanam dan pada panjang 2 m terdapat 8 titik tanam. Jadi populasi pada areal 1 m2  = 4 baris tanaman x 4 tanaman/baris = 16 tanaman dan pada areal 2 m2  = 4 baris tanaman x 8 tanaman/baris = 32 tanaman. Setiap kelipatan
luas lahan berarti juga kelipatan populasi tanaman (Gambar 3).
 

Gambar I :            Perbedaan  imajinasi  sudut  pandang  praktis  dan matematis   pengukuran ubinan padi 25 cm x  25 cm
Keterangan : Tanaman/rumpun padi dengan jarak tanam  25  cm  x 25 cm
Luas bidang  A : Luasnya  25 cm  x  25 cm = 625 cm2, bidang ini terbentuk dari imajinasi sudut pandang praktis dan memiliki populasi 4 tanaman
Luas bidang  B: Luasnya  25 cm  x  25  cm  =  625 cm2 (sama dengan luas bidang A), bidang ini terbentuk dari imajinasi sudut pandang matematis dan memiliki populasi 1 tanaman
-------------------: Garis caplak atau garis untuk jarak tanam
_ _ _ _ _ _ _ _: Garis semu antartanaman



Gambar 2. Bisa perhitungan populasi tanaman  padi berdasarkan sudut pandang praktis
Keterangan : :
O                   : Tanaman/rumpun padi dengan jarak tanam 25 cm  x 25 cm
Luas bidang A : 1 m2  dengan populasi 25 tanaman/rumpun
Luas bidang  B : 2 m2  dengan populasi 45 tanaman/rumpun
-------------------: Garis caplak atau garis untuk jarak tanam




 
Gambar 3. Korelasi antara luas bidang dan populasi tanaman  padi berdasarkan sudut pandang matematis
Keterangan :
O                     : Tanaman/rumpun padi dengan jarak tanam 25  cm  x  25 cm
Luas bidang  A : 1 m2  dengan populasi 16 tanaman/rumpun
Luas bidang  B : 2 m2  dengan populasi 32 tanaman/rumpun
----------------    : Garis caplak atau garis untuk jarak tanam
-- - - - - - - -     : Garis semu antartanaman

Pengukuran ubinan cara penyuluh tidak mempersoalkan posisi batas areal ubinan, karena pemahaman terhadap jarak tanam berdasarkan pada sudut pandang praktis. Pengukuran ubinan cara peneliti berpegang pada ketentuan posisi batas areal ubinan harus pada pertengahan jarak antartanaman, karena pemahaman terhadap jarak tanam berdasarkan pada sudut pandang matematis.
PEMBUKTIAN CARA PENGUKURAN UBINAN YANG BETUL
            Untuk menentukan cara pengukuran ubinan yang betul perlu ada sesuatu yang menjadi acuan. Dalam matematika dikenal adanya aksioma yang merupakan kenyataan yang tidak dipertanyakan lagi.
            Berdasarkan kesimpulan sudut pandang matematis nomor 2 dan 3, bentuk rumus persamaannya adalah:
Kebenarannya, areal pertanaman = 100 tanaman x 729 cm2 /tanaman x 0,0001 m2 /cm2  = 7,29 m2 (Nasution, 1978). Contohnya adalah 1 dari 5 butir aksioma geometri Euklides, yang berbunyi “benda-benda yang sama dengan benda ain, juga sama terhadap sesamanya”. Setiap dalil atau perhitungan yang kontradiktif dengan aksioma dianggap salah.
Dalam pembahasan mengenai sudut pandang terhadap jarak tanam terbukti bahwa sudut pandang matematis adalah sudut pandang yang betul. Berdasarkan sudut pandang ini bisa ditarik tiga kesimpulan yaitu:
1. Jarak tanam berarti luas bidang lahan yang ditempati tiap tanaman di mana batas bidang lahan tersebut berada pada posisi pertengahan jarak antartanaman.
2. Luas areal pertanaman merupakan himpunan dari luas bidang yang ditempati tiap tanaman.
3   Pada luas areal pertanaman tertentu dengan jarak tanam tertentu, terdapat populasi tanaman sejumlah tertentu.
Ketiga kesimpulan ini bisa menjadi acuan dari pembuktian cara ubinan yang betul, atau merupakan identifikasi dengan aksioma dalam matematika.
Pembuktian pertama seperti disajikan pada Gambar 4. Jadi luas ubinan yang betul adalah ubinan dari cara peneliti, yaitu 2,70 m x 2,70 m = 7,29 m2








Gambar 4 . Perbedaan luas ubinan   “cara peneliti” dan “cara penyuluh” untuk populasi tanaman
Keterangan :
                    : Tanaman/rumpun padi dengan jarak tanam 27 cm x 27 cm
--------------- : Batas ubinan cara peneliti, populasi 100 rumpun/ tanaman,
Luas 2,70 m x 2,70 m = 7,29 m2
-                        - : Batas ubinan cara penyuluh, populasi 100 rumpun/ tanaman,
  luas 2,50  m x 2,50 m = 6,25 m2
Pembuktian kedua dapat dilihat pada Gambar 5 dan 6. Ukuran ubinan pada posisi A maupun B adalah sama, tetapi populasi tanamannya berbeda. Ukuran ubinan  tersebut dapat dinyatakan salah karena tidak sesuai dengan kesimpulan nomor 3.
Pada posisi manapun ubinan ditempatkan, populasi tanaman tetap berjumlah 100. Ukuran ubinan cara peneliti ini sesuai dengan kesimpulan sudut pandang matematis nomor 3.
Dari dua pembuktian yang dilakukan pada pertanaman padi dengan jarak tanam 27 cm x 27 cm dapat disimpulkan bahwa cara pengukuran ubinan yang betul adalah cara peneliti.

KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam menentukan luas ubinan, batas ubinan tidak bias ditentukan sembarangan. Artinya batas ubinan harus ditempatkan pada batas luas bidang kedudukan tanaman,
yaitu pada pertengahan jarak antartanaman, kecuali pada jarak tanam tidak beraturan/acak. Konsekuensinya, ukuran ubinan tidak bisa dibakukan karena jarak tanam yang bervariasi.


Gambar 5.     Perbedaan populasi tanaman padi  pada ukuran ubinan yang sama dengan posisi yang berbeda



Keterangan :
: Tanaman/rumpun padi dengan jarak tanam 27 cm x 27 cm
Luas ubinan : 2,50 m x 2,50 m = 6,25 m2
--------------  : Batas ubinan (A) dengan populasi 100 tanaman/ rumpun
-       - - - - : Batas ubinan (B) dengan populasi 81 tanaman/ rumpun

Gambar 6. Ukuran ubinan padi cara peneliti dengan jarak tanam
27 cm x 27 cm

 

Gambar 6. Ukuran ubinan padi cara peneliti dengan jarak tanam 27 cm x 27 cm
Keterangan :
            : Tanaman/rumpun padi dengan jarak tanam 27 cm x 27 cm
Luas ubinan : 2,70 m x 2,70 m = 7,29 m2
--------------  : Batas ubinan (A) dengan populasi 100 tanaman/ rumpun
-       - - - - : Batas ubinan (B) dengan populasi 100 tanaman/ rumpun


DAFTAR PUSTAKA
1.    BPTP Lembang. 1996. Laporan Tahunan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lembang 1995/1996. BPTP Lembang, Bandung. hlm. 19.
2.    Gomez, K.A.1972. Techniques for Field Experiments with Rice. IRRI, Los Banos, Laguna, Philippines. p. 3.
3.    Nasution, A.H. 1978. Landasan Matematika. Bhratara Karya Aksara, Jakarta. hlm. 6.
4.    Webster. 1977. Webster’s New World Dictionary. William Collins Publishers Inc. p. 434.

Oleh : ANANG BUDI PRSAETYO,SP
          BPP KECAMATAN GADING

Tidak ada komentar:

Posting Komentar