KOREKSI
TERHADAP CARA PENGUKURAN UBINAN TANAMAN PADI
PADA KAJI TERAP DI DESA KEBEN KECAMATAN
GADING TAHUN 2012
ANANG BUDI RASETYO,SP
BPP KECAMATAN GADING
Tujuan kegiatan yang dilaksanakan oleh Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian (BPTP) antara lain adalah
mendapatkan teknologi spesifik
lokasi yang dapat meningkatkan produktivitas lahan dan
pendapatan petani (BPTP Jawa Timur, 2012).
Dalam melaksanakan misi tersebut, BPTP
menugaskan tim pengkaji di wilayah-wilayah sasaran
sebagai pemandu kegiatan
pengkajian bekerja sama
dengan aparat Dinas Pertanian dan
penyuluh setempat. Dalam
pengkajian teknologi spesifik lokasi, salah satu data penting yang diperoleh adalah data
hasil panen. Pendugaan
hasil panen dilakukan dengan menimbang
hasil tanaman contoh pada plot
panen, yang di kalangan aparat Dinas
Pertanian disebut ubinan.
Dalam pengukuran ubinan di lapangan terjadi perbe-daan prinsipiil
antara cara yang biasa dilakukan oleh tim pengkaji BPTP (untuk selanjutnya
disebut cara peneliti) dan cara
yang dilakukan oleh
aparat Dinas Pertanian
atau penyuluh (untuk selanjutnya
disebut cara penyuluh). Perbedaan cara pengukuran tersebut
menghasilkan data yang berbeda pada
areal ubinan yang
sama. Dengan demikian, perlu ada
pembuktian cara pengukuran ubinan yang betul.
BAHAN DAN METODE
Bahasan
pada makalah ini
diangkat dari pengalaman pengukuran ubinan
bersama antara tim pengkaji
BPTP Jawa Timur dan
para penyuluh pertanian lapangan
(PPL) di lokasi
pengkajian, yaitu di Desa Keben Kecamatan Gading Kabupaten Probolinggo. Pengukuran
ubinan dilaksanakan pada
pertanaman padi dan palawija, namun
untuk penyederhanaan, contoh-contoh
kasus yang ditampilkan
hanya untuk tanaman padi.Personil inti
tim pengkaji BPTP
Jawa Timur di
lokasi tersebut sama, sedangkan
tim PPL di
Kecamatan gading Analisis
permasalahan terdiri atas
dua tahap, yaitu: (1) penyebab terjadinya perbedaan pengukuran
antara tim pengkaji BPTP dan tim PPL, serta (2) pembuktian cara pengukuran yang
betul dari cara peneliti dan cara penyuluh tersebut.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perbedaan cara pengukuran ubinan antara cara
peneliti dan cara penyuluh pada dasarnya menyangkut dua faktor, yaitu penentuan
pengukuran ubinan dan penentuan posisi batas areal ubinan. Pada cara penyuluh,
ukuran ubinan ditentukan atau dibakukan 2,50 m x 2,50 m dan posisi batas ubinan
tidak ditentukan. Pada cara peneliti, ukuran tidak ditentukan atau tidak
dibakukan. Posisi batas ubinan harus pada pertengah- an jarak antartanaman,
kecuali pada jarak tanam tidak teratur (acak).
Pada jarak tanam padi 250 cm x 250 cm atau
pada jarak tanam tidak teratur, perbedaan cara pengukuran ubinan tersebut tidak
menyebabkan perbedaan data hasil. Namun, pada jarak tanam yang lain, perbedaan
cara pengukuran antara peneliti dan penyuluh berakibat pada perbedaan data
hasil. Contohnya pada pengukuran ubinan di Talagasari. Pada populasi tanaman
padi yang sama dengan jarak tanam 27 cm x 27 cm, luas ubinan menurut cara
penyuluh adalah 6,25 m2, sedangkan menurut cara peneliti 7,29 m2. Dengan
demikian, data hasil dalam setiap hektar berbeda pula (Tabel 1).
PENYEBAB PERBEDAAN
CARA PENGUKURAN
Ketentuan ukuran ubinan padi 2,50 m x 2,50 m
di kalangan penyuluh, aparat Dinas Pertanian, dan Badan Pusat Statistik
Tabel 1.
Perbedaan hasil ubinan
antara cara penyuluh dan
cara peneliti :
Cara penyuluh
|
Cara peneliti
|
Populasi tanaman
pada ubinan
10 x
10 tanaman = 100
tanaman
|
Populasi tanaman
pada ubinan
10 x
10 tanaman = 100 tanaman
|
Ukuran ubinan
2,50 m x
2,50 m
|
Ukuran ubinan
2,70 m x
2,70
= 6,25
m2 = 7,29 m2
|
Hasil ubinan
6,6 kg GKP
Hasil tiap
ha 10.560 kg
GKP
|
Hasil ubinan 6,6 kg
GKP
Hasil tiap
ha 8.114 kg
GKP
|
Berlaku untuk seluruh Indonesia. Ketentuan
ini dibuat agar ukuran ubinan tidak kurang dari standar minimal ukuran ubinan
padi yaitu 5 m2 (Gomez, 1972). Juga agar tidak terlalu luas, sehingga
mempermudah pelaksanaan pengukuran dan perhitungan konversi data hasil ke
hektar. Hasil ubinan (kg) dikalikan 16 dan satuannya menjadi kuintal. Misalnya,
hasil ubinan 4 kg, maka perhitungan hasil tiap hektar adalah 4 x 16 = 64 kuintal. Ketentuan ukuran baku ini dengan
sendirinya tidak mempersoalkan posisi batas areal ubinan di antara rumpun
tanaman.
Pengukuran ubinan cara peneliti mengharuskan
posisi batas areal ubinan berada pada pertengahan jarak antar- tanaman. Karena
jarak tanam bervariasi, maka ukuran ubinan tidak ditentukan, sejauh tidak
kurang dari standar minimal.
Perbedaan cara pengukuran ubinan antara
peneliti dan penyuluh bersumber dari perbedaan sudut pandang mengenai jarak
tanam. Pengukuran cara peneliti didasarkan pada sudut pandang bahwa jarak tanam
merupakan cerminan luas bidang lahan yang ditempati tiap tanaman. Jarak tanam
dalam bahasa Inggris disebut spacing, berasal dari kata space yang salah satu
artinya yaitu jarak atau luas bidang di antara atau di dalam sesuatu (Webster,
1977). Batas bidang lahan tersebut
terletak pada pertengahan
jarak antartanaman. Pemahaman ini
disebut “sudut pandang matematis” karena melihat korelasi antara luas bidang
pertanaman dan populasi tanaman. Sebaliknya cara penyuluh tidak mempersoalkan
posisi batas areal ubinan, karena tidak melihat makna jarak tanam sebagai luas
bidang lahan yang ditempati tanaman. Jarak tanam semata-mata berarti jarak
antartanaman. Pema- haman ini disebut
“sudut pandang praktis”.
Perbedaan antara sudut pandang praktis dan matematis disajikan pada
Gambar 1.
Bagi penyuluh, ketika mereka menghitung populasi
tanaman pada satu bidang pertanaman padi, meter 0 (nol) terletak pada titik
tempat tanaman tumbuh. Bila jarak tanam padi 25 cm x 25 cm, pada panjang 1 m
terdapat 5 titik tanam, dan pada panjang 2 m terdapat 9 titik tanam. Jadi
populasi pada areal 1 m2 = 5 baris tanaman x 5 tanaman/baris = 25
tanaman, dan pada areal 2 m2
populasi tanaman = 5 baris tanaman
x 9 tanaman/baris
= 45 tanaman.
Pada areal pertanaman 3 m2 populasi
tanaman menjadi 65.
Hasil perhitungan di lapangan tidak matematis, karena setiap kelipatan
luas pertanaman tidak berarti kelipatan populasi. Bila pada areal 1 m2
populasinya 25 tanaman, maka pada areal 2 m2 harus menjadi 50
tanaman (Gambar 2).
Pada
pengukuran luas bidang
pertanaman dengan sudut pandang
matematis, meter 0 (nol) dan meter akhir pengukuran (meter n) terletak pada
titik pertengahan jarak antartanaman. Bila jarak tanam 25 cm x 25 cm, pada
panjang 1 m terdapat 4 titik tanam dan pada panjang 2 m terdapat 8 titik tanam.
Jadi populasi pada areal 1 m2 = 4 baris tanaman x 4 tanaman/baris = 16
tanaman dan pada areal 2 m2 =
4 baris tanaman x 8 tanaman/baris = 32 tanaman. Setiap kelipatan
luas lahan berarti juga kelipatan populasi tanaman
(Gambar 3).
Gambar
I : Perbedaan imajinasi
sudut pandang praktis dan matematis
pengukuran ubinan padi 25 cm x 25
cm
Keterangan : Tanaman/rumpun padi dengan jarak tanam 25
cm x 25 cm
Luas
bidang A : Luasnya 25 cm
x 25 cm = 625 cm2,
bidang ini terbentuk dari imajinasi sudut pandang praktis dan memiliki populasi
4 tanaman
Luas bidang B: Luasnya
25 cm x 25
cm = 625 cm2 (sama dengan luas bidang
A), bidang ini terbentuk dari imajinasi sudut pandang matematis dan memiliki
populasi 1 tanaman
-------------------: Garis caplak atau garis untuk jarak
tanam
_ _ _ _ _ _ _ _: Garis semu antartanaman
Gambar
2. Bisa perhitungan populasi tanaman
padi berdasarkan sudut pandang praktis
Keterangan : :
O
: Tanaman/rumpun padi dengan jarak tanam 25 cm x 25 cm
Luas bidang A : 1 m2 dengan populasi 25 tanaman/rumpun
Luas bidang B : 2
m2 dengan populasi 45
tanaman/rumpun
-------------------: Garis caplak atau garis untuk jarak
tanam
Gambar
3. Korelasi antara luas bidang dan populasi tanaman padi berdasarkan sudut pandang matematis
Keterangan :
O : Tanaman/rumpun padi
dengan jarak tanam 25 cm x 25
cm
Luas bidang A : 1
m2 dengan populasi 16
tanaman/rumpun
Luas bidang B : 2
m2 dengan populasi 32
tanaman/rumpun
----------------
: Garis caplak atau garis untuk jarak tanam
-- - - - - - - - : Garis semu antartanaman
Pengukuran ubinan cara penyuluh tidak mempersoalkan posisi
batas areal ubinan, karena pemahaman terhadap jarak tanam berdasarkan pada
sudut pandang praktis. Pengukuran ubinan cara peneliti berpegang pada ketentuan
posisi batas areal ubinan harus pada pertengahan jarak antartanaman, karena
pemahaman terhadap jarak tanam berdasarkan pada sudut pandang matematis.
PEMBUKTIAN CARA
PENGUKURAN UBINAN YANG BETUL
Untuk
menentukan cara pengukuran ubinan yang betul perlu ada sesuatu yang menjadi
acuan. Dalam matematika dikenal adanya aksioma yang merupakan kenyataan yang
tidak dipertanyakan lagi.
Berdasarkan
kesimpulan sudut pandang matematis nomor 2 dan 3, bentuk rumus persamaannya
adalah:
Kebenarannya, areal pertanaman = 100 tanaman x 729 cm2
/tanaman x 0,0001 m2 /cm2 = 7,29 m2 (Nasution, 1978). Contohnya
adalah 1 dari 5 butir aksioma geometri Euklides, yang berbunyi “benda-benda
yang sama dengan benda ain, juga sama terhadap sesamanya”. Setiap dalil atau perhitungan
yang kontradiktif dengan aksioma dianggap salah.
Dalam pembahasan mengenai sudut pandang terhadap jarak
tanam terbukti bahwa sudut pandang matematis adalah sudut pandang yang betul.
Berdasarkan sudut pandang ini bisa ditarik tiga kesimpulan yaitu:
1. Jarak tanam berarti luas bidang lahan yang
ditempati tiap tanaman di mana batas bidang lahan tersebut berada pada posisi
pertengahan jarak antartanaman.
2. Luas areal pertanaman merupakan himpunan dari
luas bidang yang ditempati tiap tanaman.
3 Pada luas areal pertanaman tertentu dengan
jarak tanam tertentu, terdapat populasi tanaman sejumlah tertentu.
Ketiga kesimpulan ini bisa menjadi acuan dari
pembuktian cara ubinan yang betul, atau merupakan identifikasi dengan aksioma
dalam matematika.
Pembuktian pertama seperti disajikan pada
Gambar 4. Jadi luas ubinan yang betul adalah ubinan dari cara peneliti, yaitu
2,70 m x 2,70 m = 7,29 m2
Gambar 4 . Perbedaan luas ubinan “cara peneliti” dan “cara penyuluh” untuk
populasi tanaman
Keterangan
:
: Tanaman/rumpun padi dengan jarak tanam
27 cm x 27 cm
---------------
: Batas ubinan cara peneliti, populasi 100 rumpun/ tanaman,
Luas 2,70 m x 2,70 m = 7,29 m2
-
- : Batas ubinan cara
penyuluh, populasi 100 rumpun/ tanaman,
luas 2,50 m x 2,50 m = 6,25 m2
Pembuktian kedua dapat dilihat pada Gambar 5
dan 6. Ukuran ubinan pada posisi A maupun B adalah sama, tetapi populasi
tanamannya berbeda. Ukuran ubinan tersebut
dapat dinyatakan salah karena tidak sesuai dengan kesimpulan nomor 3.
Pada posisi manapun ubinan ditempatkan,
populasi tanaman tetap berjumlah 100. Ukuran ubinan cara peneliti ini sesuai
dengan kesimpulan sudut pandang matematis nomor 3.
Dari dua pembuktian yang dilakukan pada
pertanaman padi dengan jarak tanam 27 cm x 27 cm dapat disimpulkan bahwa cara
pengukuran ubinan yang betul adalah cara peneliti.
KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam menentukan luas ubinan, batas ubinan tidak bias ditentukan
sembarangan. Artinya batas ubinan harus ditempatkan pada batas luas bidang
kedudukan tanaman,
yaitu pada pertengahan jarak antartanaman, kecuali pada jarak
tanam tidak beraturan/acak. Konsekuensinya, ukuran ubinan tidak bisa dibakukan
karena jarak tanam yang bervariasi.
Gambar 5. Perbedaan populasi tanaman padi pada ukuran ubinan yang sama dengan posisi
yang berbeda
Keterangan
:
: Tanaman/rumpun padi dengan jarak tanam 27
cm x 27 cm
Luas ubinan : 2,50 m
x 2,50 m = 6,25 m2
-------------- : Batas ubinan (A) dengan populasi 100
tanaman/ rumpun
- - - - - : Batas ubinan (B) dengan populasi 81 tanaman/
rumpun
Gambar 6. Ukuran ubinan padi cara peneliti dengan jarak
tanam
27
cm x 27 cm
Gambar 6. Ukuran ubinan padi cara peneliti dengan jarak
tanam 27 cm x 27 cm
Keterangan :
: Tanaman/rumpun padi dengan jarak
tanam 27 cm x 27 cm
Luas ubinan : 2,70 m x 2,70 m = 7,29 m2
-------------- : Batas ubinan (A) dengan populasi 100
tanaman/ rumpun
- - - - - : Batas ubinan (B) dengan populasi 100 tanaman/
rumpun
DAFTAR PUSTAKA
1. BPTP Lembang. 1996. Laporan Tahunan Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Lembang 1995/1996. BPTP Lembang, Bandung. hlm. 19.
2. Gomez, K.A.1972. Techniques for Field Experiments with
Rice. IRRI, Los Banos, Laguna, Philippines. p. 3.
3. Nasution, A.H. 1978. Landasan Matematika. Bhratara Karya
Aksara, Jakarta. hlm. 6.
4. Webster. 1977. Webster’s New World Dictionary. William
Collins Publishers Inc. p. 434.
Oleh : ANANG BUDI PRSAETYO,SP
BPP KECAMATAN GADING
Tidak ada komentar:
Posting Komentar