BAGAIMANA MENINGKATKAN KANDUNGAN BAHAN
ORGANIK TANAH?
Oleh :
ANANG BUDI PRASETYO,SP
PPL BPP KECAMATAN TIRIS
Bahan organik tanah
terdapat dalam berbagai bentuk: ada yang stabil (lambat lapuk), terikat kuat
dengan liat, membentuk agregat tanah yang stabil, dan ada pula yang labil
(cepat lapuk) yang strukturnya masih mirip dengan bahan asalnya seperti daun,
cabang, akar yang telah mati dan sebagainya. Tanah tertutup hutan sekunder
memperoleh masukan rata-rata 10 –12 ton
ha-1 th-1 seresah dari daun dan cabang gugur, serta
tambahan dari akar yang membusuk. Untuk
tanah-tanah pertanian, bahan organik minimal 8 ton ha-1 harus diberikan setiap
tahunnya, untuk mempertahankan jumlah bahan organik yang diinginkan (misalnya,
untuk mencapai kondisi bahan organik tanah sekitar 80% dari kondisi hutan alami
dengan tekstur tanah yang sama).
Upaya yang dapat dilakukan petani untuk mencapai kondisi
tersebut misalnya:
a) Mempertahankan sisa panenan dalam
petak lahan (misalnya padi dan jagung) atau mengembalikan sisa panenan
(misalnya kacang tanah), tergantung dari tehnik pemanenannya. Jumlah sisa panenan tanaman pangan yang dapat
dikembalikan ke dalam tanah umumnya berkisar 2-5 ton ha-1. Walaupun
jumlah ini tidak dapat memenuhi jumlah minimum kebutuhan bahan organik, namun
masih tetap menguntungkan daripada tidak sama sekali. Bila ubikayu yang ditanam, batang harus
diangkut keluar petak untuk bibit di musim mendatang sehingga masukan bahan
organik hanya berasal dari daun ubikayu yang gugur yaitu sekitar 1 ton ha-1 per tahunnya.
b) Pemberian
pupuk kandang atau sisa dapur yang telah dikomposkan. Karena keterbatasan
penyediaan pupuk kandang, pemberian pupuk kompos ini hanya terbatas pada
pekarangan di sekitar rumah atau hanya untuk tanaman buah-buahan yang mempunyai
nilai ekonomi tinggi, dan bukan untuk lahan pertanian yang letaknya jauh dari
rumah.
c) Pemberian
pupuk hijau (Foto 8). Penanaman pupuk hijau hanya mungkin dilakukan untuk
jangka pendek setelah panen tanaman pangan. Jika kebutuhan air tercukupi,
pangkasan tajuk tanaman penutup tanah dari keluarga kacang-kacangan (LCC:
legume cover crops) dapat memberikan masukan bahan organik sebanyak 2-3 ton ha-1
(umur 3 bulan), dan 3-6 ton ha-1 jika dibiarkan selama 6 bulan. Namun cara ini kurang menguntungkan, karena
mahalnya biji tanaman dan banyaknya tenaga kerja yang dibutuhkan. Beberapa jenis yang cukup memberi harapan
adalah:
·
Tanaman penutup tanah
yang tidak memerlukan tenaga untuk menanam dan tidak memerlukan beaya pembelian
biji, karena biji-bijinya dapat tumbuh dengan sendirinya di lapangan (misalnya
Callopogonium atau kacang asu), dan yang tidak menjadi gulma bagi tanaman
pangan.
·
Tanaman penutup tanah
yang bijinya dapat dimakan (Mucuna pruriens var. utilis atau koro benguk),
tetapi masih menghasilkan banyak seresah.
d) Memanfaatkan seresah (daun yang gugur)
dari pepohonan yang ditanam di sekitar petak sebagai pagar pembatas, atau dari
tanaman pagar dalam sistem budidaya pagar.
Pada budidaya pagar, masukan bahan organik selain dari seresah yang jatuh
juga berasal dari hasil pangkasan cabang dan ranting. Dengan sistem agroforestri sederhana ini
masalah kesuburan tanah dapat diatasi namun masalah lain telah menanti (lihat
bab selanjutya).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar