PERSONIL BPP GADING

Selasa, 09 April 2013

PENGENDALIAN PENYAKIT KRESEK TERPADU





Oleh : Anang Budi Prasetyo,SP
cara pengendalian penyakit kresek, tidak ada salahnya kita mengetahui penyebab penyakit yang sekarang ini sedang mewabah dan menyebabkan petani mengalami kerugian, baik  produksi yang menurun sampai kalau serangan  yang hebat bisa mengalami fuso
A.    Penyebaran Penyakit

Bakteri Xanthomonas oryzae termasuk dalam bakteri heterotrof, karena membutuhkan suatu zat organik untuk kehidupannya, ini menyebabkan bakteri Xanthomonas oryzae merupakan salah satu bakteri parasit. Perpindahan atau penyebaran dari sumber infeksinya (jerami yang terinfeksi, tunggul jerami, singgang dari tanaman yang terinfeksi, benih, dan gulma inang) melalui hujan, angin dan percikan air. Umumnya bakteri ini menginfeksi melalui hidatoda atau luka, luka yang disebabkan karena pergesekan daun (akibat terlalu rimbun) maupun luka pada saat bibit dicabut dari persemaian untuk dipindahtanamkan. Setelah masuk ke dalam jaringan tanaman, bakteri memperbanyak diri dalam ephitemi yang menghubungkan dengan sistem vaskular tanaman, kemudian menyebar ke seluruh jaringan tanaman. Pada saat tanaman tidak mampu memperbaiki kerusakan akibat infeksi bakteri ini maka muncul gejalanya (sympthom). Dalam keadaan lembab (pada pagi hari), koloni bakteri yang berbentuk butiran berwarna kuning keemasan mudah ditemukan pada daun-daun yang terserang. Massa bakteri inilah yang berfungsi sebagai alat penyebarannya.

B.    Gejala Serangan dan Kerusakannya

Pada tanaman yang berumur kurang dari 30 hari (persemaian atau awal pindah tanam), gejalanya disebut kresek dengan dicirikan daun berwarna hijau kelabu, melipat dan menggulung. Kondisi parah mengakibatkan seluruh daunnya menggulung, layu kemudian mati, mirip tanaman terserang penggerek batang atau tersiram air panas (lodoh). Setelah fase pembentukan anakan maksimal hingga fase pemasakan, gejala serangannya disebut hawar dengan diawali adanya bercak kelabu (water soaked) pada tepi daun, bila gejalanya meluas maka seluruh helaian daun akan mengering (klaras)
Kerugian hasil yang disebabkan oleh penyakit hawar daun bakteri dapat mencapai 60%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tingkat keparahan 20% sebulan sebelum panen, penyakit sudah mulai menurunkan hasil. Di atas keparahan itu, hasil padi turun 4% tiap kali penyakit bertambah parah sebesar 10%. Kerusakan terberat terjadi apabila penyakit menyerang tanaman muda yang peka sehingga menimbulkan gejala kresek, dapat menyebabkan tanaman mati.
C.   Pengendalian secara Terpadu
Sering kali petani tidak memperhatikan kondisi lingkungan dan pertanamannya, pengendalian penyakit ini dilakukan setelah tanaman menampakkan gejala serangan. Oleh karena kerugian yang ditimbulkan akibat serangan penyakit ini cukup berat, maka pengendalian hawar daun bakteri (BLB) harus dilakukan secara dini dengan memadukan semua komponen pengendalian yang memiliki kompatibilitas tinggi dengan prinsip-prinsip budidaya tanaman sehat dan pelestarian musuh alami.
1.    Pengendalian secara fisik/mekanik
Sanitasi, membersihkan lahan dari sumber-sumber infeksi dengan membakar jerami yang terinfek si bakteri Xanthomonas, memastikan tunggul jerami dan singgang telah terdekomposisi sempur na, serta membersihkan lahan dari gulma.

2.    Pengendalian secara kultur teknis

Ø Penggunaan varietas tahan dan pergiliran varietas untuk menekan pembentukan strain baru
Ø  Perlakuan benih, perendaman benih dengan PGPR dan Choryne bacterium diharapkan bisa menghasilkan bibit tanaman yang sehat dan menekan perkembangbiakan bakteri patogen.
Ø  Pengaturan sistem tanam, jarak tanam yang ideal dengan sistem legowo bisa memperbaiki aerasi di sekitar pertanaman dan cahaya bisa sampai ke seluruh bagian tanaman.
Ø  Pemupukan berimbang, dengan pemberian pupuk sesuai kebutuhan maka tanaman memiliki jaringan yang kuat, dapat tumbuh dan berkembang baik serta memiliki kemampuan mempertahankan/memperbaiki jaringan yang rusak akibat serangan patogen. Penggunaan pupuk berlebih bisa mengakibatkan tanaman terlalu rimbun sehingga iklim mikro di sekitar pertanaman sangat lembab dan ini memicu penyebaran/penularan bakteri.
Ø  Penggunaan bibit muda lebih dianjurkan agar tidak banyak perakaran yang rusak
Ø  Hindari pemotongan pucuk pada saat pindah tanam karena menyebabkan luka yang beresiko mempermudah bakteri masuk ke dalam jaringan tanaman

3.    Pengendalian secara biologis

Teknik ini memanfaatkan mikroorganisme yang mampu menghambat perkembangan Xanthomonas sehingga populasinya terkendali. Chorine bacterium merupakan salah satu bakteri yang bisa menekan perkembangan bakteri patogenik, aplikasinya pada saat perendaman benih dan penyemprotan pada umur 20 dan 40 hari setelah tanam

4.    Pengendalian secara kimiawi

Ketika gejala serangan penyakit ini telah tampak, biasanya petani mulai mencari pestisida yang tepat untuk mengendalikan BLB, namun sayangnya bakterisida yang beredar di pasaran tidak begitu banyak dan kadang distribusinya tidak mera ta. Berikut beberapa pestisida yang bisa digunakan untuk mengendalikan se rangan  penyakit kresek :

Ø Pestisida berbahan aktif tembaga, penggunaannya bisa dicampurkan dengan pemupukan. Beberapa contoh merek dagangnya antara lain : Champion 77Wp, Kocide 54 WDG, Funguran 80 WP, Nordox 56 WP

Ø Pestisida berbahan aktif antibiotik : Bactocyn 150 SL (teramisin 150 g/l), Kresek 150 SL (oksitetrasiklin 150g/l) dan Puanmur 50 SP (chlorobromoisosianuric A / CBIA 50%)

Pemaikaian pestisida dilakukan secara bijaksana, gunakan dengan tepat (tepat sasaran, jenis, dosis, waktu dan cara aplikasinya)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar