Oleh
: Anang Budi Prasetyo,SP
cara pengendalian penyakit kresek,
tidak ada salahnya kita mengetahui penyebab penyakit yang sekarang ini sedang
mewabah dan menyebabkan petani mengalami kerugian, baik produksi yang menurun sampai kalau
serangan yang hebat bisa mengalami fuso
A.
Penyebaran Penyakit
Bakteri
Xanthomonas oryzae termasuk dalam bakteri heterotrof, karena membutuhkan suatu
zat organik untuk kehidupannya, ini menyebabkan bakteri Xanthomonas oryzae
merupakan salah satu bakteri parasit. Perpindahan atau penyebaran dari sumber
infeksinya (jerami yang terinfeksi, tunggul jerami, singgang dari tanaman yang
terinfeksi, benih, dan gulma inang) melalui hujan, angin dan percikan air.
Umumnya bakteri ini menginfeksi melalui hidatoda atau luka, luka yang
disebabkan karena pergesekan daun (akibat terlalu rimbun) maupun luka pada saat
bibit dicabut dari persemaian untuk dipindahtanamkan. Setelah masuk ke dalam
jaringan tanaman, bakteri memperbanyak diri dalam ephitemi yang menghubungkan
dengan sistem vaskular tanaman, kemudian menyebar ke seluruh jaringan tanaman.
Pada saat tanaman tidak mampu memperbaiki kerusakan akibat infeksi bakteri ini
maka muncul gejalanya (sympthom). Dalam keadaan lembab (pada pagi hari), koloni
bakteri yang berbentuk butiran berwarna kuning keemasan mudah ditemukan pada
daun-daun yang terserang. Massa bakteri inilah yang berfungsi sebagai alat
penyebarannya.
B.
Gejala Serangan dan Kerusakannya
Pada
tanaman yang berumur kurang dari 30 hari (persemaian atau awal pindah tanam),
gejalanya disebut kresek dengan dicirikan daun berwarna hijau kelabu, melipat
dan menggulung. Kondisi parah mengakibatkan seluruh daunnya menggulung, layu
kemudian mati, mirip tanaman terserang penggerek batang atau tersiram air panas
(lodoh). Setelah fase pembentukan anakan maksimal hingga fase pemasakan, gejala
serangannya disebut hawar dengan diawali adanya bercak kelabu (water soaked)
pada tepi daun, bila gejalanya meluas maka seluruh helaian daun akan mengering
(klaras)
Kerugian
hasil yang disebabkan oleh penyakit hawar daun bakteri dapat mencapai 60%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tingkat keparahan 20% sebulan sebelum
panen, penyakit sudah mulai menurunkan hasil. Di atas keparahan itu, hasil padi
turun 4% tiap kali penyakit bertambah parah sebesar 10%. Kerusakan terberat
terjadi apabila penyakit menyerang tanaman muda yang peka sehingga menimbulkan
gejala kresek, dapat menyebabkan tanaman mati.
C.
Pengendalian secara Terpadu
Sering
kali petani tidak memperhatikan kondisi lingkungan dan pertanamannya,
pengendalian penyakit ini dilakukan setelah tanaman menampakkan gejala
serangan. Oleh karena kerugian yang ditimbulkan akibat serangan penyakit ini
cukup berat, maka pengendalian hawar daun bakteri (BLB) harus dilakukan secara
dini dengan memadukan semua komponen pengendalian yang memiliki kompatibilitas
tinggi dengan prinsip-prinsip budidaya tanaman sehat dan pelestarian musuh alami.
1.
Pengendalian
secara fisik/mekanik
Sanitasi, membersihkan lahan dari
sumber-sumber infeksi dengan membakar jerami yang terinfek si bakteri
Xanthomonas, memastikan tunggul jerami dan singgang telah terdekomposisi sempur
na, serta membersihkan lahan dari gulma.
2. Pengendalian secara kultur teknis
Ø Penggunaan
varietas tahan dan pergiliran varietas untuk menekan pembentukan strain baru
Ø Perlakuan benih, perendaman benih dengan PGPR
dan Choryne bacterium diharapkan bisa menghasilkan bibit tanaman yang sehat dan
menekan perkembangbiakan bakteri patogen.
Ø Pengaturan sistem tanam, jarak tanam yang
ideal dengan sistem legowo bisa memperbaiki aerasi di sekitar pertanaman dan
cahaya bisa sampai ke seluruh bagian tanaman.
Ø Pemupukan berimbang, dengan pemberian pupuk sesuai
kebutuhan maka tanaman memiliki jaringan yang kuat, dapat tumbuh dan berkembang
baik serta memiliki kemampuan mempertahankan/memperbaiki jaringan yang rusak
akibat serangan patogen. Penggunaan pupuk berlebih bisa mengakibatkan tanaman
terlalu rimbun sehingga iklim mikro di sekitar pertanaman sangat lembab dan ini
memicu penyebaran/penularan bakteri.
Ø Penggunaan bibit muda lebih dianjurkan agar
tidak banyak perakaran yang rusak
Ø Hindari pemotongan pucuk pada saat pindah
tanam karena menyebabkan luka yang beresiko mempermudah bakteri masuk ke dalam
jaringan tanaman
3.
Pengendalian secara biologis
Teknik
ini memanfaatkan mikroorganisme yang mampu menghambat perkembangan Xanthomonas
sehingga populasinya terkendali. Chorine bacterium merupakan salah satu bakteri
yang bisa menekan perkembangan bakteri patogenik, aplikasinya pada saat
perendaman benih dan penyemprotan pada umur 20 dan 40 hari setelah tanam
4.
Pengendalian secara kimiawi
Ketika gejala serangan penyakit ini
telah tampak, biasanya petani mulai mencari pestisida yang tepat untuk
mengendalikan BLB, namun sayangnya bakterisida yang beredar di pasaran tidak
begitu banyak dan kadang distribusinya tidak mera ta. Berikut beberapa
pestisida yang bisa digunakan untuk mengendalikan se rangan penyakit kresek :
Ø Pestisida
berbahan aktif tembaga, penggunaannya bisa dicampurkan dengan pemupukan.
Beberapa contoh merek dagangnya antara lain : Champion 77Wp, Kocide 54 WDG,
Funguran 80 WP, Nordox 56 WP
Ø Pestisida
berbahan aktif antibiotik : Bactocyn 150 SL (teramisin 150 g/l), Kresek 150 SL
(oksitetrasiklin 150g/l) dan Puanmur 50 SP (chlorobromoisosianuric A / CBIA
50%)
Pemaikaian
pestisida dilakukan secara bijaksana, gunakan dengan tepat (tepat sasaran,
jenis, dosis, waktu dan cara aplikasinya)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar