( PADI DAN JAGUNG )
Oleh : Anang Budi Prasetyo,SP
Satu yang tidak
bisa luput ketika membahas perihal usaha tani tanaman pangan ( padi dan jagung ) adalah produktivitas
tanaman. Bagi pelaku utama, pelaku usaha maupun pemerhati pertanian,
produktivitas tanaman biasa dijadikan sebagai tolok ukur keberhasilan usaha
taninya. Suatu daerah yang rata-rata produktivitas tanamannya tinggi
dipersepsikan te ah berhasil dalam menerapkan teknologi dalam usaha taninya
atau dianggap teknik budidaya nya lebih maju daripada daerah lain yang memiliki
produktivitas di bawahnya. Meskipun ini ti dak selamanya benar, namun diakui
bahwa asumsi-asumsi seperti itu telah berkembang dan tertanam di dalam pikiran
kita.
Sebagai
petani, pengusaha yang bergerak dalam sektor pertanian tanaman pangan atau
mungkin sebagai orang yang peduli dengan nasib petani dan dunia pertanian, perlu
juga bagi kita untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan pengukuran
hasil akhir kegiatan budidaya padi dan jagung.
a.
produk
Berbeda dengan padi, tanaman jagung bisa dipanen lebih awal (petik muda) untuk konsumsi rebus. Namun demikian, yang biasa digunakan untuk pengukuran produktivitas adalah produk tanaman setelah masak fisiologis. Dalam perjalanannya, produk padi ataupun jagung sedari panen hingga dipasarkan mungkin telah mengalami beberapa perlakuan (penanganan pasca panen). Sebut saja jagung, pada saat awal dipanen mungkin masih dalam bentuk tongkol jagung berklobot, namun ada juga yang telah kupas kelobotnya untuk mempercepat proses pengeringan di lahan. Proses selanjutnya adalah dipipil kemudian dikeringkan dan disimpan. Setiap tahapan tersebut telah mengalami perubahan bentuk fisik, ukuran dan tentu saja beratnya. Buat petani yang menyimpan hasil panennya, mungkin mengetahui semua perubahan-perubahan itu tetapi bagi petani yang langsung menjualnya atau bagi pelaku usaha dan orang lain tidak banyak mengetahuinya.
Berbeda dengan padi, tanaman jagung bisa dipanen lebih awal (petik muda) untuk konsumsi rebus. Namun demikian, yang biasa digunakan untuk pengukuran produktivitas adalah produk tanaman setelah masak fisiologis. Dalam perjalanannya, produk padi ataupun jagung sedari panen hingga dipasarkan mungkin telah mengalami beberapa perlakuan (penanganan pasca panen). Sebut saja jagung, pada saat awal dipanen mungkin masih dalam bentuk tongkol jagung berklobot, namun ada juga yang telah kupas kelobotnya untuk mempercepat proses pengeringan di lahan. Proses selanjutnya adalah dipipil kemudian dikeringkan dan disimpan. Setiap tahapan tersebut telah mengalami perubahan bentuk fisik, ukuran dan tentu saja beratnya. Buat petani yang menyimpan hasil panennya, mungkin mengetahui semua perubahan-perubahan itu tetapi bagi petani yang langsung menjualnya atau bagi pelaku usaha dan orang lain tidak banyak mengetahuinya.
b.
Ukuran dan Satuan
Ukuran yang biasa digunakan untuk menyatakan produktivitas tanaman padi adalah Gabah Kering Panen (GKP), yaitu kondisi gabah sesaat setelah dipanen dan Gabah Kering Giling (GKG), yaitu gabah yang telah dikeringkan dan siap digiling atau disimpan. Di kalangan pelaku usaha padi, kondisi gabah berhubungan dengan harga dan ini perlu juga diketahui oleh petani sebagai pengetahuan agar tidak terjebak dalam penawaran produknya. GKP-3 adalah Gabah Kering Panen kualitas 3, yakni gabah setelah panen yang berkadar air 19-25%, telah dibersihkan dari kotoran (sisa-sisa daun setelah dirontokkan) dengan kadar hampa di bawah 10%. GKP-2 adalah Gabah Kering Panen kualitas 2, biasanya kadar airnya berkisar 15-18%, telah dibersihkan dari kotoran dan kadar hampanya 7-10%. Jika kadar hampanya kurang dari 6% dianggap GKP-1 (Gabah Kering Panen kualitas 1). GKG adalah Gabah Kering Giling yang berkadar air 14% dengan kadar hampa kurang dari 3%. Sedangkan satuan yang lazim digunakan dalam pengukuran produktivitas tanaman adalah kuintal (kw), dan untuk menyatakan produksi memakai satuan ton.
Ukuran yang biasa digunakan untuk menyatakan produktivitas tanaman padi adalah Gabah Kering Panen (GKP), yaitu kondisi gabah sesaat setelah dipanen dan Gabah Kering Giling (GKG), yaitu gabah yang telah dikeringkan dan siap digiling atau disimpan. Di kalangan pelaku usaha padi, kondisi gabah berhubungan dengan harga dan ini perlu juga diketahui oleh petani sebagai pengetahuan agar tidak terjebak dalam penawaran produknya. GKP-3 adalah Gabah Kering Panen kualitas 3, yakni gabah setelah panen yang berkadar air 19-25%, telah dibersihkan dari kotoran (sisa-sisa daun setelah dirontokkan) dengan kadar hampa di bawah 10%. GKP-2 adalah Gabah Kering Panen kualitas 2, biasanya kadar airnya berkisar 15-18%, telah dibersihkan dari kotoran dan kadar hampanya 7-10%. Jika kadar hampanya kurang dari 6% dianggap GKP-1 (Gabah Kering Panen kualitas 1). GKG adalah Gabah Kering Giling yang berkadar air 14% dengan kadar hampa kurang dari 3%. Sedangkan satuan yang lazim digunakan dalam pengukuran produktivitas tanaman adalah kuintal (kw), dan untuk menyatakan produksi memakai satuan ton.
c.
Konversi ukuran produktivitas
Pertanyaan-pertanyaan tentang produktivitas tanaman bagi petani, pelaku usaha maupun pemerhati pertanian kadang-kadang berbeda antara hal-hal yang diketahui petani, yang dibutuhkan pelaku usaha atau informasi yang diperlukan oleh peneliti atau petugas pertanian. Untuk mendapatkan jawaban cepat maka perlu konversi ukuran produktivitas yang dijadikan standar dalam penghitungan. Konversi ukuran produktivitas ini didasari pada kondisi umum yang ada di lapangan.
Pertanyaan-pertanyaan tentang produktivitas tanaman bagi petani, pelaku usaha maupun pemerhati pertanian kadang-kadang berbeda antara hal-hal yang diketahui petani, yang dibutuhkan pelaku usaha atau informasi yang diperlukan oleh peneliti atau petugas pertanian. Untuk mendapatkan jawaban cepat maka perlu konversi ukuran produktivitas yang dijadikan standar dalam penghitungan. Konversi ukuran produktivitas ini didasari pada kondisi umum yang ada di lapangan.
KONVERSI
JAGUNG
Jagung kulit
basah
|
100
|
133
|
145.1
|
167
|
256
|
Jagung kulit
kering
|
75
|
100
|
109
|
125
|
192
|
Jagung tanpa
klobot
|
68
|
91.7
|
100
|
114.6
|
176.3
|
Jagung lepas
kulit
|
60
|
80
|
87.3
|
100
|
154
|
Jagung pipil
kering
|
39
|
52
|
56.73
|
65
|
100
|
Jagung
berasan
|
36
|
48
|
52.4
|
60
|
93
|
KONVERSI
PADI
Padi gagang
basah
|
100
|
130
|
144
|
170
|
222
|
Padi gagang
kering
|
77
|
100
|
111
|
131
|
201
|
Gabah kering
panen
|
69
|
90
|
100
|
118
|
181
|
Gabah kering
giling
|
59
|
78
|
86.5
|
100
|
154
|
Beras
|
40
|
50
|
56
|
63.2
|
100
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar