ORGANISME PENGANGGU TUMBUHAN ( OPT )
Oleh
: Anang Budi Prasetyo,SP
Tumbuhan tidak selamanya bisa hidup
tanpa gangguan. Kadang tumbuhan mengalami gangguan oleh binatang atau organisme
kecil (virus, bakteri, atau jamur). Hewan dapat disebut hama karena mereka
mengganggu tumbuhan dengan memakannya. Belalang, kumbang, ulat, wereng, tikus,
walang sangit merupakan beberapa contoh binatang yang sering menjadi hama
tanaman.
Gangguan terhadap tumbuhan yang
disebabkan oleh virus, bakteri, dan jamur disebut penyakit. Tidak seperti hama,
penyakit tidak memakan tumbuhan, tetapi mereka merusak tumbuhan dengan
mengganggu proses – proses dalam tubuh tumbuhan sehingga mematikan tumbuhan.
Oleh karena itu, tumbuhan yang terserang penyakit, umumnya, bagian tubuhnya
utuh. Akan tetapi, aktivitas hidupnya terganggu dan dapat menyebabkan kematian.
Untuk membasmi hama dan penyakit, sering kali manusia menggunakan oat – obatan
anti hama. Pestisida yang digunakan untuk membasmi serangga disebut
insektisida. Adapun pestisida yang digunakan untuk membasmi jamur disebut
fungsida.
Pembasmi hama dan penyakit
menggunakan pestisida dan obat harus secara hati – hati dan tepat guna.
Pengunaan pertisida yang berlebihan dan tidak tepat justru dapat menimbulkan
bahaya yang lebih besat. Hal itu disebabkan karena pestisida dapat menimbulkan
kekebalan pada hama dan penyakit. Oleh karena itu pengguna obat – obatan anti
hama dan penyakit hendaknya diusahakan seminimal dan sebijak mungkin.
Secara alamiah, sesungguhnya hama
mempunyai musuh yang dapat mengendalikannya. Namun, karena ulah manusia, sering
kali musuh alamiah hama hilang. Akibat hama tersebut merajalela. Salah satu
contoh kasus yang sering terjadi adalah hama tikus. Sesungguhnya, secara
ilmiah, tikus mempunyai musuh yang memamngsanya. Musuh alami tikus ini dapat
mengendalikan jumlah populasi tikus. Musuhnya tikus itu ialah Ular, Burung
hantu, dan elang. Sayangnya binatang – binatang tersebut ditangkapi oleh
manusia sehingga tikus tidak lagi memiliki pemangsa alami. Akibatnya, jumlah
tikus menjadi sangat banyak dan menjadi hama pertanian.
A. Hama
Hama tumbuhan adalah organisme yang
menyerang tumbuhan sehingga pertumbuhan dan perkemabanganya terganggu. Hama
yang menyerang tumbuhan antara lain tikus, walang sangit, wereng, tungau, dan
ulat.
1.
Tikus
Tikus
merupakan hama yang sering kali membuat pusing para petani. Hal ini diesbabkan
tikus sulit dikendalikan karena memiliki daya adaptasi, mobilitas, dan
kemampuan untuk berkembang biak yang sangat tinggi. Masa reproduksi yang
relative singkat menyebabkan tikus cepat bertambah banyak. Potensi
perkembangbiakan tikus sangat tergantung dari makanan yang tersedia. Tikus
sangat aktif di malam hari.
Tikus
menyerang berbagai tumbuhan. Bagian tumbuhan yang disarang tidak hanya biji –
bijian tetapi juga batang tumbuhan muda. Yang membuat para tikus kuat memakan
biji – bijian sehingga merugikan para petani adalah gigi serinya yang kuat dan
tajam, sehingga tikus mudah untuk memakan biji – bijian. Tikus membuat lubang –
lubang pada pematang sawah dan sering berlindung di semak – semak. Apabila
keadaan sawah itu rusak maka berarti sawah tersebut diserang tikus.
Untuk
mengatasi serangan hama tikus, dapat dilakukan cara – cara sebagai berikut :
a.
Membongkar dan menutup lubang tempat
bersembunyi para tikus dan menangkap tikusnya.
b.
Menggunakan musuh alami tikus, yaitu
ular.
c.
Menanam tanaman secara bersamaan agar
dapat menuai dalam waktu yang bersamaan pula sehingga tidak ada kesempatan bigi
tikus untuk mendapatkan makanan setelah tanaman dipanen.
d.
Menggunakan rodentisida
(pembasmi tikus) atau dengan memasang umpan beracun, yaitu irisan ubi jalar
atau singkong yang telah direndam sebelumnya dengan fosforus. Peracunan ini
sebaiknya dilakukna sebelum tanaman padi berbunga dan berbiji. Selain itu
penggunaan racun harus hati – hati karena juga berbahaya bagi hewan ternak dan
manusia.
2. Wereng
Wereng
adalah sejenis kepik yang menyebabkan daun dan batang tumbuhan berlubang –
lubang, kemudian kering, dan pada akhirnya mati. Hama wereng ini dapat
dikendalikan dengan cara – cara sebagai betikut :
a.
Pengaturan pola tanam, yaitu dengan melakukan penanaman secara serentak maupun
dengan pergiliran tanaman. Pergiliran tanaman dilakukan untuk memutus siklus
hidup wereng dengan cara menanam tanaman palawija atau tanah dibiarkan selama 1
– 2 bulan.
b.
Pengandalian hayati, yaitu dengan menggunakan musuh alami wereng, misalnya laba
– laba predator Lycosa Pseudoannulata, kepik Microvelia douglasi
dan Cyrtorhinuss lividipenis, kumbang Paederuss fuscipes, Ophinea
nigrofasciata, dan Synarmonia octomaculata.
c.
Pengandalian kimia, yaitu dengan menggunakan insektisida, dilakukan apabila
cara lain tidak mungkin untuk dilakukan. Penggunaan insektisida diusahakan
sedemikan rupa sehingga efektif, efisien, dan aman bagi lingkungan.
3.
Walang Sangit
Walang sangit (Leptocorisa
acuta) merupakansalah satu hama yang juga meresahkan petani. Hewan ini jika
diganggu, akan meloncat dan terbang sambil mengeluarkan bau. Serangga ini
berwarnahijau kemerah- merahan.
Walang sangit
menghisab butir – butir padi yang masih cair. Biji yang sudah diisap akan
menjadi hampa, agak hampa, atau liat. Kulit biji iu akan berwarna kehitam –
hitaman. Faktor – faktor yang mendukung yang mendukung populasi walang sangit
antara lain sebagai berikut.
a.
Sawah sangat dekat dengat perhutanan.
b.
Populasi gulma di sekitar sawah cukup tinggi.
c.
Penanaman tidak serentak
Pengendalian
terhadap hama walang sangit dapat dilakukan sebagai berikut.
a.
Menanam tanaman secara serentak.
b.
Membersihkan sawah dari segala macam rumput yang tumbuh di sekitar sawah agar
tidak menjadi tempat berkembang biak bagi walang sangit.
c.
Menangkap walang sangit pada pagi hari dengan menggunakan jala penangkap.
d.
Penangkapan menggunakan unmpan bangkai kodok, ketam sawah, atau dengan alga.
e.
Melakukan pengendalian hayati dengan cara melepaskan predator alami beruba laba
– laba dan menanam jamur yang dapat menginfeksi walang sangit.
f.
Melakukan pengendalian kimia, yaitu dengan menggunakan insektisida.
Walang
sangit muda (nimfa) lebih aktif dibandingkan dewasanya (imago), tetapi hewan
dewasa dapat merusak lebih hebat karenya hidupnya lebih lama. Walang sangit
dewasa juga dapat memakan biji – biji yang sudah mengeras, yaitu dengan
mengeluarkan enzim yang dapat mencerna karbohidrat.
4.
Ulat
Kupu
– kupu merupakan serangga yang memiliki sayap yang indah dan benareka ragam.
Kupu – kupu meletakkan telurnya dibawah daun dan jika menetas menjadi larva.
Kita bisa sebut larva kupu – kupu sebagai ulat. Pada fase ini, ulat aktif
memakan dedaunan bahkan pangkal batang, terutama pada malam hari. Daun yang
dimakan oleh ulat hanya tersisa rangka atau tulang daunya saja.
Upaya
pemberantasan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
a. Membuang
telur – telur kupu – kupu yang melekat pada bagian bawah daun.
b.
Menggenangi tempat persemaian dengan air dalam jumlah banyak sehingga ulat akan
bergerak ke atas sehingga mudah untuk dikumpulkan dan dibasmi.
c.
Apabila kedua cara diatas tidak berhasil, maka dapat dilakukan penyemprotan
dengan menggunakan pertisida.
5. Tungau
Tungau (kutu
kecil) bisaanya terdapat di sebuah bawah daun untuk mengisap daun tersebut.
Hama ini banyak terdapat pada musim kemarau. Pada daun yang terserang kutu akan
timbul bercak – bercak kecil kemudian daun akan menjadi kuning lalu gugur. Hama
ini dapat diatasi dengan cara mengumpulkan daun – daun yang terserang hama pada
suatu tempat dan dibakar.
B. Penyakit Tumbuhan
Jenis
– jenis penyakit yang menyerang tumbuhan sangat banyak jumlahnya. Penyakit yang
menyerang tumbuhan banyak disebabkan oleh mikroorganisme, misalnya jamur,
bakteri, dan alga. Penyakit tumbuhan juga dapat disebabkan oleh virus.
1. Jamur
Jamur
adalah salah satu organisme penyebab penyakit yang menyerang hampir semua
bagian tumbuhan, mulai dari akar, batang, ranting, daun, bunga, hingga buahnya.
Penyebaran jenis penyakit ini dapat disebabkan oleh angin, air, serangga, atau
sentuhan tangan.
Penyakit
ini menyebabkan bagian tumbuhan yang terserang, misalnya buah, akan menjadi
busuk. Jika menyerang bagian ranting dan permukaan daun, akan menyebabkan
bercak – bercak kecokelatan. Dari bercak – bercak tersebut akan keluar jamur
berwarna putih atau oranye yang dapat meluas ke seluruh permukaan ranting atau
daun sehingga pada akhirnya kering dan rontok.
Jika
jamur ini mengganggu proses fotosintesis karena menutupi permukaan daun. Batang
yang terserang umumnya akan membusuk, mula – mula dari arah kulit kemudian menjalar
ke dalam, dan kemudian membusukkan jaringan kayu. Jaringan yang terserang akan
mengeluarkan getah atau cairan. Jika kondisi ini dibiarkan, jaringan kayu akan
membusuk, kemudian seluruh dahan yang ada di atasnya akan layu dan mati.
Contoh penyakit
yang disebabkan oleh jamur adalah sebagai berikut.
a) Penyakit pada padi.
Penyakit
pada ruas batang dan butir padi disebabkan oleh jamur Pyricularia oryzea.
Ruas – ruas batang menjadi mudah patah dan tanaman padi akhirnya mati. Selain
itu, terdapat pula penyakit yang menyebabkan daun pedi menguning. Penyakit ini
disebabkan oleh jamur Magnaporthegrisea.
b) Penyakit embun tepung.
Penyakit
ini disebabkan oleh jamur Peronospora parasitica. Jamur ini kadang –
kadang menyerang biji yang sedang berkecambah sehingga biji menjadi keropos dan
akhirnya mati. Jamur ini kadang – kadang menyerang daun pertama pada kecambah
sehingga tumbuhan menjadi kerdil. Tumbuhan kerdil dapat tumbuh terus tapi pada
daun – daunnya terdapat kercak – bercak hitam.
Untuk
memberantas jamur ini dilakukan pengendalian secara kimia, yaitu dengan
pemberian fungsida pada tanaman yang terserang jamur.
2. Bakteri
Bakteri
dapat membusukkan daun, batang, dan akar tumbuhan. Bagian tumbuh tumbuhan yang
diserang baktdri akan mengeluarkan lendir keruh, baunya sangat menusuk, dan
lengket jika disentuh. Setelah membusuk, lama – kelamaan tumbuhan akan mati.
Tumbuhan yang diserang bakteri dapat diatasi dengan menggunakan bakterisida.
Contoh
penyakit yang disebabkan oleh bakteri adalah penyakit yang menyerang pembuluh tapis
batang jeruk (citrus vein phloem degeneration atau CVPD). CVPD
disebabken oleh bakteri Serratia marcescens. Gejalanya adalah kuncup
daun menjadi kecil dan berwarna kuning, buah menjadi kuning, sehingga lama –
kelamaan akan mati. Penyakit CVPD yang belum parang dapat disembuhkan dengan terramycin,
yang merupakan sejenis antibiotik.
3. Virus
Selain
bakteri dan jamur, dalam kondisi yang sehat, tumbuhan dapat terserang oleh
virus. Penyakit yang disebabkan oleh virus cukup berbahaya karena dapat menular
dan menyebar ke seluruh tumbuhan dengan cepat. Tumbuhan yang sudah terlanjur
diserang sulit untuk disembuhkan. Contoh penyakit yang disebabkan oleh virus
antara lain penyakit daun tembakau yang berbercak – bercak putis. Penyakit ini
disebabkan oleh virus TMV (tabacco mosaic virus) yang menyerang
permukaan atas daun tembakau. Virus juga dapat menyerang jeruk. Penularan
melalui perantara serangga.
4. Alga (Ganggang)
Keberadaan
alga juga perlu diaspadai karena dapat menyebabkan bercak karat merah pada daun
tumbuhan. Tumbuhan yang biasanya diserang antara lain jeruk, jambu biji, dan
rambutan. Bagian tumbuhan yang diserang oleh alga biasanya bagian daun,
ditandai adanya bercak berwarna kelabu kehijauan pada daun, kemudian pada
permukaannya tumbuh rambut berwarnya
cokelat kemerahan. Meskipun ukurannya kecil, bercak yang timbul sangat banyak
sehingga cukup merugikan
Langkah –
langkah yang harus dilakukan agar tumbuhan tidak tersenang penyakit antara lain
sebagai berikut.
a)
Usahakan tumbuhan selalu dalam kondisi prima atau sehat dengan cara tercukupi
segala kebutuhan zat haranya.
b)
Jangan membiarkan tumbuhan terlalu rimbun, pangkaslah sehingga selaruh bagian
tumbuhan mendapatkan sinar matahari yang cukup.
c)
Jangan biarkan tumbuhan terserang kutu, tungau, atau hewan yang lain yang
serung membawa bakteri atau jamur.
d)
Usahakan lingkungan selalu bersih.
e)
Perhatikan tumbuhan sesering mungkun sehingga penyakit dapat terdeteksi sedini
mungkin.
f)
Jika terdapat gejala – gejala yang tampak, pangkaslah bagian tumbuhan (daun,
buah, ranting) yang terserang, kemudian dibakar agar tidak menular ke bagian
atau tumbuhan yang lainnya.
g)
Penggunaan pertisida sebagai alternative terakhir untuk pengobatan hama dan
penyakit pada tumbuhan.
“Penggunaan
Pestisida untuk Memberantas Hama dan Penyakit”
Penggunaan
pestisida sintetis membutuhkan kecermatan, baik mengenai pilihan pestisida yang
aman maupun petunjuk pemakaiannya. Hasil pemantauan rutin dapat digunakan untuk
mengetahui Janis hama dan penyakit yang menyerang, dan menentukan jenis
pestisida yang sesuai sasaran. Pemantauan juga bermanfaat agar penyemprotan
tidak terlambat dengan menggunakan dosis dan waktu yang tepat sehingga
pengendalian hama dan penyakit dapat berhasil.
Pengendalian
hama dan penyakit dengan pestisida harus memperhatikan jenis hama dan penyakit
yang ada, populasi, serta tahap pengembangan hama tersebut. Penggunaan
pestisida dapat dilakukan berdasarkan pertimbangan hal -– hal berikut.
a) Pestisida biologi disesuaikan dengan jenis
hama yang menyerang.
b) Pestisida harus selektif, yaitu untuk hama
atau penyakit yang menyerang jenis tanaman tertentu.
c) Formulasi pertisida harus sesuai. Misalnya
untuk hama yang masuk ke dalam bunga kurang cocok jika digunakan penyemprotan,
namun lebig efektif jika berbentuk kabut sehingga lebih mudak untuk masuk ke
dalam bunga.
d) Pestisida sistemik
(masuk ke jaringan tumbuhan) atau kontak bersentuhan dengan hama, disesuaikan
dengan tahap perkembangan hama.
Pada fase
dewasa, kutu putih mungkin sulit dikendalikan dengan perstisida kontak karena
tubuhnya memiliki lapisan luar yang dapat melindunginya dari semprotan
langsung. Pestisida sistemik akan lebih efektif karena larva yang baru menetas
dan makan daun akan meti karena bahan aktif yanga ada dalam tumbuhan akan
meracuni hama tersebut.
C. Gulma
Selain
hama dan penyakit yang menyerang tumbuhan dan merugikan petani, gulma
juga perlu mendapat perhatian khusus. Pada petani kadang kurang memperhatikan
gulma sehingga dalam kurun waktu tertentu populasi gulma sudah melebihi batas.
Gulma – gulma ini akan berkompetisi dengan tanaman utama dalam mendapatkan
unsur hara yang diperlukan pertumbuhannya. Gulma dapat menjadi tempat
persembunyian hama. Pembersihan gulma sangat penting untuk menekan perkembangan
hama yang dapat menyerang tumbuhan.
Berdasarkan
karaktristik yang dimiliki, gulma dibedakan menjadi 3 kelompok, yaitu teki,
rumput, dan gulma daun lebar.
1. Teki
2. Rumput
Gulma
dalam kelompok ini berdaun sempit seperti teki tetapi menghasilkan stolon.
Stolon ini di dalam tanah berbentuk jaringan rumit yang sulit diatasi secara
mekanik. Contohnya adalah alang – alang (Imperata cylindrica).
1.
Gulma daun
lebar
Berbagai macam
gulma dari ordo Dicotyledoneae termasuk dalam kelompok ini. Gulma ini biasanya
tumbuh pada akhir masa budi daya. Kompetisi terhadap tanaman utama berupa
kompetisi cahaya. Contoh dari gulma berdaun lebar ini adalah daun sendok.
“Pengendalian
Gulma”
Pengendalian
gulma memerlukan strategi yang khas untuk setiap kasus. Beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan sebelum melakukan pengendalian gulma antara lain sebagai
berikut :
a) Jenis gulma
dominan
b) Tanaman budi
daya utama
c) Alternatif
pengendalian yang tersedia
d) Dampak
ekonomi dan ekologi
Saat
ini cukup banyak hebisida (pembasmi gulma) yang tersedia di toko
pertanian. Meskipun demikian, kita perlu hati – hati dalam memilih dan
menggunakan herbisida. Memperhatikan cara pemakaian herbisida dengan benar
sangatlah dianjurkan.
Tujuan
pembersihan gulma antara lain untuk mengurangi tumbuhan pengganggu yang akan
menjadi pesaing tanaman utama. Selain itu juga karena gulma merupakan inang
alternetif dan tempat persembunyian hama penyakit.
Setelah
mempelajari tentang gulma yang selalu merugikan manusia, ada juga gulma yang
tidak merugikan bagi siapapun, yaitu tanaman Rosela (Hibiscus sabdariffa l.),
entah kenapa tanaman ini termasuk gulma, kami mendapatkan ini dari satu media
Internet yang membahas tentang hama dan penyakit tumbuhan. Padahal pengertian
dari gulma itu sendiri yaitu tanaman pengganggu yang menekan pertumbuhan hama
dan penyakit, dilihat dari sisi manfaat tanaman rosela banyak sekali, antara
lain mengatasi batuk, lesu, demam, gusi berdarah, penahan kekejangan, anti
cacing, anti bakteri, anti septik, menurunkan kolesterol dalam darah, asam
urat. Melihat dari manfaat – manfaat tanaman ini, tanaman ini tidak menunjukkan
tanaman yang mendatangkan penyakit bagi manusia, malah kebalikannya, tanaman
ini dapat menyembuhkan beberapa penyakit manusia, jadi mengapa banyak orang
yang menyebut tanaman ini menjadi tanaman gulma? Karena tanaman rosela ini
mudah sekali terserang penyakit dan menularkannya ke tumbuhan lain, dan banyak
sekali hewan – hewan hama hinggap di daun / batangnya.
DAFTAR – PUSTAKA
Steenis,
Van C.G.G.J. 1978. Flora untuk Sekolah di Indonesia.P.T. Pradnya Paramita: Jakarta
Pusat
Tjitrosoedirdjo,
Soekisman. 1984. Pengelolaan Gulma di Perkebunan. P.T. Gramedia Jakarta
Womersley,
J. S. 1981. Plant Collecting and Herbarium Development. FAO: Rome www.
Wikipedia.com
Bangun,
P., D.Pasaribu, E. Partasasmita. 1986. Minimum tillage on mungbean in alang-alang. Proc. Symp. Weed sci. p 263-273.
Sudiman,
A., O.R.Madkar., M.Sundaru., Sumeno. 1989. Penel. Pertan. 9 (4) : 176 – 181.
Gupta,
P.C., dan J.C. O’toole. 1986. Upland rice, a global perspective. The IRRI, Los BaƱos.
Bangun,
P. 1992. Pengendalian gulma pada tanaman pangan dan pengembangannya di masa
depan. Balitbio, Bogor.
Sundaru,
M. M. Syam., J. Bakar. 1976. Beberapa jenis gulma pada padi sawah. Bull. Tek.
LP3 Bogor.
Balitbangtan
Deptan 1991. Hasil utama penelitian sistem usahatani lahan pasang surut dan
rawa 198-1990. Proyek SWAMPS-II.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar