MENGENAL HAMA PENGGEREK BATANG PADI
Oleh : Anang Budi Prasetyo,SP
BPP Gading Probolinggo
1. PENDAHULUAN
Penggerek
batang padi merupakan hama utama tanaman padi di Indonesia. Di dunia
terdapat 21 spesies penggerek batang
yang beradaptasi pada agroekosistem padi
(Kapur, 1964), sedangkan di Indonesia terdapat enam spesies (Hattori dan Siwi,
1986).
Penggerek
batang menyerang tanaman padi sejak di persemaian hingga tanaman pada stadia
matang. Cara masuknya hama penggerek batang ke dalam batang padi berbeda
antarspesies. Gejala serangan yang disebabkan oleh semua spesies penggerek
batang sama pada tanaman padi. Pada
tanaman stadia vegetatif, larva memotong
bagian tengah anakan sehingga aliran hara ke bagian atas tanaman
terganggu yang menyebabkan pucuk layu dan kemudian mati. Gejala serangan pada
tanaman stadia vegetatif disebut sundep. Kehilangan hasil padi akibat serangan penggerek batang pada
stadia vegetatif tidak terlalu besar karena tanaman masih dapat membentuk
anakan baru. Namun tetap ada pengurangan
hasil karena anakan yang baru lebih kecil yang menghasilkan malai yang kecil
pula. Berdasarkan simulasi pada stadia vegetatif, tanaman padi masih sanggup
mengkompensasi kehilangan hasil akibat
serangan penggerek batang sampai 30% (Rubia et al., 1990).
Pada
stadia generatif, larva menggerek tanaman
yang akan bermalai, sehingga aliran hasil asimilasi tidak sampai ke
dalam bulir padi. Gejala serangan pada tanaman stadia generatif disebut beluk. Tidak semua tunas tanaman padi yang terserang muncul menjadi
beluk, tetapi juga terdapat calon malai yang terserang tidak sempat muncul. Pada
tingkat serangan yang tinggi, jumlah malai berkurang. Penurunan hasil pada
stadia ini disebabkan oleh adanya pengurangan jumlah malai akibat gejala
beluk. Kerugian hasil yang
disebabkan oleh setiap persen gejala beluk berkisar antara 1–
3% (Pathak dan Khan, 1994) dengan rata-rata 1,2% (Halteren, 1977). Rubia et al.
(2001) melaporkan bahwa kehilangan hasil padi pada stadia generatif
tidak sebanding dengan tingkat serangan beluk, karena adanya aliran hasil
asimilasi dari anakan dengan gejala beluk ke anakan yang sehat. Hal ini
dipengaruhi oleh varietas padi, iklim, kesuburan dan kelembaban
tanah. Pengurangan hasil oleh penggerek
batang padi kuning di Asia berkisar
antara 2–5% (Chen, 2008).
Hasil
padi sangat bergantung pada
potensi hasil dari setiap varietas. Respon varietas terhadap
kerusakan tanaman akibat serangan
penggerek batang berbeda antarvarietas. Hasil varietas padi tipe baru, padi
hibrida, dan varietas unggul baru berkorelasi dengan
tingkat kerusakan tanaman pada
stadia primordia, sedangkan dengan padi hibrida
(varietas Intani 2) tidak berkorelasi. Padi hibrida varietas
Intani 2 relatif
cepat pulih dari
gejala sundep sehingga jumlah
anakannya tetap banyak (Hendarsih dan Usyati, 2005). Padi hibrida atau varietas
padi yang beranak banyak lebih toleran
terhadap serangan penggerek
2.
SPESIES
Untuk
menentukan spesies penggerek batang padi berdasarkan morfologi larva, pupa,
imago, dan organ genetalia imago jantan
dapat dilihat pada kunci yang diajukan oleh Hattori dan Siwi (1986). Mereka
mengidentifikasi bahwa di Indonesia
terdapat enam spesies penggerek
batang padi, yang terdiri dari lima famili Pyralidae dan satu
spesies dari famili Noctuidae. Keenam
spesies tersebut adalah penggerek batang padi kuning Scirpophaga incertulas Walker (Lepidoptera: Pyralidae), penggerek
batang padi putih Scirpophaga innotata Walker
(Lepidoptera: Pyralidae), penggerek
batang padi bergaris Chilo
suppressalis Walker (Lepidoptera:
Pyralidae), penggerek batang padi kepala hitam
Chilo polychrysus Meyrick (Lepidoptera: Pyralidae), penggerek batang padi berkilat Chilo
auricilius Dudgeon (Lepidoptera: Pyralidae), dan penggerek batang padi merah
jambu Sesamia inferens Walker (Lepidoptera: Noctuidae).
Semua spesies
penggerek batang melalui metamorfosa sempurna sehingga siklus hidupnya
terdiri atas stadia telur, larva, pupa, dan dewasa atau imago. Larva merupakan stadia
yang menggerek tanaman dan menimbulkan kerusakan.Imago bersifat nocturnal, yaitu aktif di
malam hari dan disebut ngengat atau moth. Semua spesies penggerek batang
padi menjalani proses yang sama, yaitu telur diletakkan pada daun atau pelepah
daun. Larva yang baru menetas dari telur,
yaitu larva instar 1, bergerak ke dalam tanaman melalui celah
antara pelepah dan batang dan menuju
bagian tengah anakan padi.
Sebagian larva mengeluarkan benang halus dan dipakai untuk bergelantung
pada bagian ujung daun dan berayun-ayun sampai ke rumpun padi yang
lain atau permukaan air. Larva hidup dalam tanaman sampai instar ke-5
atau ke-6 larva, bergantung pada
lingkungan dan larva pindah dari satu tunas ke tunas lainnya.
2.1 Penggerek Batang Padi Kuning
Penggerek
batang padi kuning merupakan
spesies penggerek yang
penyebarannya meluas dari daerah bermusim dingin, subtropik
sampai daerah tropik.
Perilaku penggerek batang padi kuning bergantung pada geografi, di mana di daerah subtropik terjadi diapause
sedangkan di daerah tropis seperti di Indonesia tidak terjadi
diapause (Goot, 1925). Di
banyak kabupaten di Jawa,
penggerek batang padi kuning merupakan
spesies yang dominan (Hendarsih dkk.,
2000; Hendarsih dkk.,
2007). Lama siklus hidupnya dipengaruhi oleh temperatur, sehingga di daerah subtropik siklus hidup penggerek batang padi kuning lebih panjang. Di daerah tropik,
penanaman tanaman padi secara terus-menerus sepanjang tahun
menyebabkan penggerek batang padi kuning
akan terus berkembang sehingga dalam satu tahun terdapat 7–8 generasi.
Ngengat
penggerek batang padi kuning mudah diidentifikasi yang ditandai oleh sayap
berwarna kuning dengan titik hitam. Panjang ngengat jantan 14 mm dan betina 17
mm, dapat hidup 5–10 hari. Siklus hidup penggerek batang padi kuning berkisar
antara 39–58 hari, bergantung pada lingkungan
dan makanan. Jangkauan terbangnya mencapai 6–10 km. Ngengat bertelur pada pukul
19.00– 22.00 dalam 3–5 malam. Setiap betina bertelur sebanyak 100–600 butir secara berkelompok,
tiap kelompok terdiri atas
50–150 butir, dan kelompok telur ditutupi oleh
bulu halus. Dalam 6–7 hari telur menetas, larva terdiri
atas 5–7 instar, dan lama stadium larva 28–35 hari. Larva
bersifat kanibal sehingga hanya ada
seekor larva yang hidup dalam satu tunas. Larva instar akhir menuju pangkal
batang untuk berubah menjadi pupa. Sebelum menjadi pupa, larva membuat lubang
keluar pada pangkal batang dekat permukaan air atau tanah, yang ditutupi oleh
membran tipis untuk jalan keluar setelah menjadi imago. Pupa berwarna
kekuning-kuningan atau agak putih, dengan kokon berupa selaput benang berwarna
putih. Panjang pupa 12–15 mm dan stadium pupa 6–23 hari. Pupa berada di dalam
pangkal batang. Di daerah subtropik, jika temperature turun, larva instar akhir menuju pangkal batang menjadi prepupae, dan jika temperatur naik
prepupa berubah menjadi pupa dan keluar menjadi
ngengat. Tanaman inang utama penggerek batang padi kuning adalah
padi, tetapi dapat bertelur pada tanaman lain (Reissig et
al., 1985). Penggerek batang padi kuning lebih berkembang pada pertanaman padi
yang diusahakan secara terus-menerus
sepanjang tahun (Goot, 1925).
2.2 Penggerek Batang Padi Putih
Penggerek
batang padi putih menyebar di Asia
Tenggara, Asia Selatan, dan Australia.
Di Indonesia, hama ini ditemukan di Kalimantan, Jawa, Sulawesi Selatan,
Sumatera, Sumbawa, dan Madura (CABI, 2001). Di Jawa, penyebaran penggerek
batang padi putih terbatas di dataran rendah yang kurang dari 200 m dari
permukaan laut dengan musim kemarau yang kering, curah hujan dalam bulan Oktober–November
kurang dari 200 mm (Goot, 1925).
Ngengat sangat
tertarik pada cahaya, pada awal musim hujan ngengat keluar serempak
dari populasi prepupa yang berdiapause. Puncak hasil tangkapan ngengat sangat jelas selama
10–14 malam untuk tiap generasi. Sayap ngengat berwarna putih, panjang
betina 13 mm dan jantan 11 mm,
hidup 4–7 hari dan maksimum 13
hari. Perbandingan populasi betina dan jantan adalah 2:1. Ngengat meletakkan
telurnya berkelompok, 50–250 butir/kelompok dengan rata-rata 160 butir/kelompok, satu kelompok
setiap malam selama 4 hari.
Bentuk kelompok telur penggerek
batang padi putih sama dengan kelompok telur penggerek batang padi
kuning, ditutupi bulu dan telur
diletakkan di permukaan daun bagian bawah. Dalam 5–8 hari telur menetas, 85% telur menetas sebelum pukul 13.00 (BALITPA,
1992).
Bentuk larva penggerek batang padi putih mirip dengan
larva penggerek batang padi kuning, panjang maksimal 21 mm dan berwarna
putih kekuningan. Stadium larva 19–31 hari,
kecuali untuk larva yang berdiapause. Larva instar terakhir akan menuju
pangkal batang dan menjadi pupa. Lama periode pupa 6–9 hari, dan berada di pangkal batang. Larva instar terakhir pada
tanaman stadia generatif muncul pada musim kemarau, tidak langsung berubah menjadi pupa, tetapi
berdiapause di dalam pangkal batang untuk
kemudian berubah menjadi pupa
setelah ada hujan pada awal musim hujan berikutnya. Di Australia, larva berdiapause dalam tunggul
padi dan padi liar (Oryza australiensis) selama
musim dingin yang kering. Di Indonesia 2–18% larva
tidak berdiapause (Sosromarsono, 1990). Pada tahun 1990 populasi
penggerek batang padi yang tidak berdiapause meningkat menjadi 75% .
2.3 Penggerek Batang Merah Jambu
Penyebaran
penggerek batang merah jambu luas,
bersifat polifag, dan hidup
pada tumbuhan keluarga Graminae
seperti padi, tebu, jagung, sorgum, padi
liar, aneka rumpun seperti Panicum sp. dan
Paspalum sp. Ngengat penggerek batang merah jambu kekar
dengan sayap depan bergaris memanjang,
berwarna coklat tua, dan sayap belakang
putih, panjang 4–17 mm, dan kurang tertarik
pada cahaya. Ngengat
spesies ini penerbang yang kuat
bisa terbang sejauh 32 km untuk ngengat
betina dan 50 km untuk ngengat jantan. Siklus hidup ngengat
berlangsung 46–83 hari. Telur
diletakkan pada 2–3 baris/kelompok yang menyerupai manik-manik dengan jumlah
30–100 butir/kelompok telur dalam
pelepah atau batang. Lama stadia telur 6 hari, larva berwarna merah jambu
dengan panjang maksimal 35 mm. Dalam satu tunas didapatkan beberapa larva.
Lama stadium larva 28–56 hari. Di antara
spesies penggerek batang yang menyerang atau hidup pada tanaman padi, penggerek batang merah jambu
paling rendah serangannya. Serangan
berat terjadi jika populasi sangat tinggi, limpasan dari kebun tebu atau
tanaman lain di sekitarnya.
2.4 Penggerek Batang Padi Bergaris
Penggerek
batang padi bergaris menyebar dari
daerah tropik sampai 40° lintang
utara, dan di Indonesia merupakan hama minor. Ngengat bisa hidup sampai satu
minggu dan aktif mulai senja. Kepala ngengat berwarna coklat muda dan warna
sayap depan coklat tua dengan venasi sayap yang jelas, panjang ngengat 13 mm.
Seekor betina bisa bertelur 100–550 butir, dalam kelompok yang terdiri atas
60–70 telur/kelompok selama 3–5
malam. Telur diletakkan pada pangkal daun adakalanya
pada pelepah. Telur berwarna
putih dan tidak ditutupi rambut dengan
lama stadium telur 4–7 hari.
Larva berwarna
abu-abu, kepala coklat dengan garis coklat sejajar tubuhnya, panjang maksimal
26 mm, dan stadium larva 33 hari. Beberapa ekor larva bisa hidup pada satu buku
dari satu tunas. Bergantung pada temperatur dan ketersediaan makanan, satu siklus hidup bisa mencapai enam
generasi/tahun. Larva instar akhir berpupa di
dalam batang, setelah membuat lubang untuk imago keluar dari pupa. Warna
pupa coklat tua dengan stadium pupa 6 hari.
2.5 Penggerek Batang Padi Berkepala Hitam
Penyebaran hama ini
dari Asia Selatan dan Asia Tenggara. Ngengat bertelur sampai 500 butir selama 3–4 malam. Telur diletakkan berkelompok berbaris pada
helaian daun pada pukul 19.00 dan 23.00.
Telur menetas setelah 4–7 hari pada pagi hari.
Stadium larva 30 hari, dengan panjang 18–24 mm, beberapa larva dapat hidup pada satu tunas.
Pupa berwarna coklat tua dan
stadium pupa 6 hari. Kepala ngengat berwarna hitam. Sayap depan bersisik,
bagian tengah keperakan. Sayap belakang kuning muda dengan panjang 10–13 mm.
Siklus hidup berlangsung selama 26–61 hari.
Tanaman inang penggerek batang padi bergaris adalah padi, padi liar,
jagung, tebu, sorgum, dan beberapa jenis rumput.
2.6 Penggerek Batang Padi Berkilat
Penggerek
batang padi berkilat dilaporkan
dari Bangladesh, Bhutan, Cina, Hongkong,
India, Indonesia (Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Sumatera), Malaysia, Myanmar,
Nepal, Filipina, Taiwan, Thailand, dan Vietnam (CABI, 2001). Tanaman
inangnya adalah tebu, sorgum, dan rumput-rumputan. Larva
biasanya terdiri atas lima
instar, bergantung pada kondisi musim setempat, di daerah musim
dingin dapat mencapai delapan instar. Lama larva berkisar antara 16–51 hari
dan lama
pupa 6–10 hari. Ekologi dan biologi spesies ini pada tanaman padi menyerupai penggerek batang
padi bergaris.
Spesies
penggerek batang padi yang beradaptasi pada satu agroekosistem akan mejadi spesies yang dominan. Dari enam spesies penggerek batang yang ditemukan
pada tanaman padi di Indonesia, empat di
antaranya lebih dominan. Keempat spesies tersebut adalah
penggerek batang padi kuning, penggerek batang padi putih, penggerek
batang merah jambu, dan penggerek
batang bergaris.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar