PERSONIL BPP GADING

Senin, 25 Maret 2013

PERILAKU BERBURU DAN MANGSA TYTO ALBA



 
Oleh : Anang Budi Prasetyo,Sp

Burung ini merupakan merupakan burung pemangsa (raptor), yang berburu hewan lain untuk  makanannya. Menggunakan adaptasi khusus dan kemampuan unik, membuat mereka berbeda dengan mahluk yang lain. Kemampuan visual yang luar biasa dan pendengaran yang tajam, adalah bagian utama kemampuan berburu. Ditambah dengan cakar dan paruh, kemampuan terbang dengan senyap, maka lengkaplah predator luar biasa ini.
Makanan utama sangat tergantung jenis Burung Hantu. Sebagai contoh, Burung Hantu Scop dan Screech (  kuwek Jw.) kebanyakan makan serangga. Burung hantu yang lebih besar seperti Burung Hantu Elang, akan memangsa kelinci, rubah muda, dan burung yang seukuran bebek. Beberapa jenis mengkhususkan diri dengan memangsa ikan, seperti Ketupa dan Scotopelia. Meskipun beberapa jenis memiliki kekhasan makanan, kebanyakan Burung Hantu adalah oportunis, mereka akan mengambil mangsa apapun yang tersedia di daerahnya.
Tyto alba merupakan spesialis dalam berburu mamalia tanah kecil, dan kebanyakan mangsanya berupa hewan pengerat kecil. Di Australia, tikus rumah merupakan makanan utama. Di Amerika dan Eropa, tikus kebun adalah mangsa utama yang penting, kemudian curut, tikus, mencit. Mangsa lain termasuk anak kelinci, kelelawar, kodok, kadal, burung dan serangga. Tyto alba berbiak secara cepat sebagai respon terhadap ledakan populasi tikus.
 

Pada dasarnya kebutuhan konsumsi sekitar 1/3 dari berat tubuh. Namun saat burung memelihara anak, konsumsinya akan berkurang karena harus berbagi dengan anak. Untuk burung berumur 2-4 minggu, rata-rata konsumsinya sekitar 2-4 ekor tikus per malam. Untuk umur 3-5 minggu, mengkonsumsi sekitar 5-10 ekor per malam. Di Amerika, sepasang induk dengan lima anak, dapat mengkonsumsi sekitar 3000 ekor hewan pengerat dalam satu musim berbiak.
Tyto alba dewasa berburu sesaat setelah senja, dan perburuan berikutnya sekitar 2 jam menjelang fajar. Namun jika mereka sedang membesarkan anak, mereka akan aktif berburu sepanjang malam. Sangat jarang sekali dijumpai Tyto alba berburu pada siang hari. Jika ada kejadian perburuan di siang hari, bisa diduga burung tersebut sedang mengalami kelaparan.

Burung Hantu secara umum memiliki area perburuan jauh dari tepat bertengger sehari-hari. Kebanyakan jenis berburu dari suatu tenggeran, seperti dahan rendah, tunggul, atau pagar. Mereka akan menunggu mangsanya muncul, dan akan menyambar dengan sayap terbuka, kaki dijulurkan kedepan. Beberapa jenis akan terbang melayang dari satu tenggeran ke yang lain sebelum menangkap mangsa. Pada beberapa kasus, Burung Hantu langsung menyergap mangsa, dengan membentangkan sayap pada saat terakhir.
Beberapa jenis memilih untuk soaring, atau terbang berputar, mengamati mangsa yang cocok di tanah. Saat sasaran ditemukan, burung akan terbang langsung, menjaga posisi kepala segaris. Saat burung menarik kepala kebelakang, kakinya dijulurkan kedapan dengan cakar membuka lebar, dua kedepan, dua kebelakang.
Burung Hantu dapat mengadaptasi kemampuan berburu bergantung pada tipe mangsa. Serangga dan burung kecil dapat disergap di udara, kadang setelah diusir dari tajuk pohon atau semak oleh Burung Hantu. Sekali tertangkap, mangsa kecil dibawa dengan paruh, atau segera dimakan. Mangsa besar dibawa dengan cakar. Burung Hantu dapat menyimpan kelebihan makanan di suatu tempat saat kondisi mangsa melimpah. Tempat menyimpan dapat berupa sarang, lubang pohon, atau cabang batang.
Mangsa biasanya ditemukan dengan cara membagi pandangan atas dan bawah, terutama pada padang rumput terbuka. Tyto alba sangat mengandalkan terbang tanpa suara dan pendengaran yang sangat kuat untuk menemukan mangsa. Suara sayap Tyto alba teredam oleh tumpukan beludru pada permukaan bulunya. Sebagai tambahan, ujung bulu sayap memiliki sisir halus yang meredam suara kepakan sayap.
Terbang dengan senyap mencegah mangsanya mendengar, dan membantu pendengarannya sendiri. Lubang telinga berada sedikit diatas kepala dan memiliki sudut yang berbeda. Telinganya ditutupi oleh suatu bulu yang pendek, rapat dan fleksibel, yang berubah fungsi sebagai cakram pemantul suara. Hal ini memberikan Tyto alba kemampuan pendengaran yang sangat sensitif dan terarah. Hal ini membuatnya mampu menemukan mangsa pada kondisi gelap total.

By : Anang Budi Prasetyo,SP
    Koordinator BPP Kec. Gading

Tidak ada komentar:

Posting Komentar