PENYAKIT HAWAR PADA DAUN PADI
adalah sebagai berikut:
Phylum
: Prokaryota
Kelas
: Scizomycetes
Ordo
: Pseudomonadales
Famili
: Pseudomonadaceae
Genus
: Xanthomonas
Spesies
: Xanthomonas campestris pv. Oryzae
Bakteri Xanthomonas campestris pv. Oryzae berbentuk
batang pendek, di ujungnya mempunyai satu flagel dan berfungsi sebagai alat
gerak. Bakteri ini berukuran 6-8 bersifat aerob,gram negatif dan tidak
membentuk spora . Diatas media PDA bakteri ini membentuk koloni bulat cembung
yang berwarna kuning keputihan sampai kuning kecoklatan dan mempunyai permukaan
yang licin. Penyakit hawar daun bakteri pertama kali ditemukan di Fukuoka
Jepang pada tahun 1884. Pada awal abad XX penyakit ini telah diketahui tersebar
luas hampir diseluruh jepang kecuali dipulau Hokkaido. Diindonesia , penyakit
ini mula-mula ditemukan oleh Reitsman dan Schure oada tanaman muda didaerah
Bogor dengan gejala layu. Penyakit ini dinamakan kresek dan patogennya dinamai
xanthomonas kresek schure. Terbukti bahwa penyakit ini sama dengan penyakit
hawar daun bakteri yang terdapat di Jepang.
Pengembangan
varietas padi unggul dengan dengan hasil tinggi tetapi peka terhadap penyakit
menyebabkan semakin tersebar luasnya penyakit ini.Gejala serangan penyakit
hawar daun bakteri pada tanaman padi bersifat sistematis dan dapat menginfeksi
tanaman pada berbagai stadium pertumbuhan. Gejala penyakit ini dapat dibedakan
menjadi tiga macam,yaitu: (1). Gejala layu (kresek) pada tanaman muda atau
tanaman dewasa yang peka ,(2). Gejala hawar dan (3). Gejala daun kuning pucat.
Gejala layu
yang kemudian dikenal dengan nama kresek umumnya terhadap pada tanaman muda
berumur 1-2 minggu setelah tanam atau tanaman dewasa yang rentan .Pada awalnya
gejala terdapat pada tepi daun atau bagian daun yang luka berupa garis bercak
kebasahan, bercak tersebut meluas berwarna hijau keabu-abuan , selanjutnya
seluruh daun menjadi keriput dan akhirnya layu seperti tersiram air panas.
Sering kali bila air irigasi tinggi, tanaman yang layu terkulai kepermukaan air
dan menjadi busuk.Pada tanaman yang peka terhadap penyakit ini,gejala terus
berkembang hingga seluruh permukaan daun,bahkan kadang-kadang pelepah padi sampai
mengering.Pada pagi hari cuaca lembab ,eksudat bakteri sering keluar ke
permukaan daun dan mudah jatuh oleh hembusan angin,gesekan angin,geekan daun
atau percikan air hujan. Eksudat ini merupakan sumber penularan yang efektif.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi perkembangan penyakit hawar daun bakteri kultivar padi
mempunyai tingkat ketahanan yang berbeda terhadap Xanthomonas.Ketahanan
disebabkan karena: 1. Bakteri terhambat penetrasinya, 2. Bakteri tidak dapat
meluas secara sistematik, dan 3. Tanaman bereaksi langsung tehadap bakteri.
Penyebaran penyakit yang disebabkan oleh Xanthomonas dibantu juga oleh
hujan,karena hujan akan meningkatkan kelembaban dan membantu pemencaran
bakteri. Intensitas penyakit yang tertinggi terjadi pada akhir musim
hujan.Menjelang musim kemarau,suhu optimum untuk perkembangan Xanthomonas
adalah sekitar 300C.
Pengendalian
penyakit hawar daun bakteri akan lebih berhasil bila dilaksanakan secara
terpadu, mengingat berbagai faktor dapat mempengaruhi penyakit ini
dilapangan,misalnya keadaan tanah,pengairan,pemupukan,kelembaban,suhu dan
ketahanan varietaspadi yang ditanam.Usaha terpadu yang dapat dilaksanakan
mencangkup penanaman varietas yang tahan,pembuatan persemaian kering atau tidak
terendam air,jarak tanam tidak terlalu rapat, tidak memotong akar dan daun
bibit yang akan ditanam, air tidak terlalu tinggi pada waktu tanaman baru
ditanam dan menghindari pemberian pupuk N yang terlalu tinggi.
Upaya pengendalian untuk mengatasi penyakit ini
yaitu dengan melakukan beberapa hal :
1. Perbaikan cara bercocok tanam,melalui:
ü Pengolahan
tanah secara optimal.
ü Pengaturan
pola tanam dan waktu tanam serempak dalam satu hamparan.
ü Pergiliran
tanam dan varietas tahan
ü Penanaman
varietas unggul dari benih yang sehat.
ü Pengaturan
jarak tanam.
ü Penanaman
varietas unggul dari benih yang sehat.
ü Pengaturan
jarak tanam
ü Pemupukan
berimbang (N,P,K dan unsur mikro) sesuai dengan fase pertumbuhan dan musim
ü Pengaturan
sistem pengairan sesuai dengan fase pertumbuhan tanaman.
2. Sanitasi
lingkungan.
3.
Pemanfaatan agensi hayati Corynebacterium.
4.
Penyemprotan bacterisida anjuran paling efektif dan diizinkan secara bijaksana
berdasarkan.hasil pengamatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar