Oleh : Anang Budi
Prasetyo,SP
I. PENDAHULUAN
Konsep dan batasan gulma
Gulma merupakan tanaman pengganggu yang
kehadirannya tidak diinginkan. Kehadiran gulma ini dinilai merugikan karena
secara estetika akan mengganggu keindahan
taman dan secara fungsi
akan mengurangi hara, pemanfaatan
sinar matahari, air tanah, dan
tempat tumbuh yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman utama. ( Jumin
Hasan Basri. 1987).
Gulma
juga merupakan tumbuhan
pengganggu tanaman yang
tidak dikehendaki tumbuhnya di
areal persawahan dan
juga tumbuhan pengganggu tanaman pokok yang dapat
menurunkan hasil produksi tanaman.
Gulma adalah suatu tumbuhan lain yang tumbuh pada lahan
tanaman budidaya, tumbuhan yang tumbuh disekitar tanaman pokok (tanaman yang
sengaja ditanam) atau semua tumbuhan yang tumbuh pada tempat (area) yang tidak
diinginkan oleh sipenanam sehingga kehadirannya dapat merugikan tanaman lain
yang ada di dekat atau disekitar tanaman pokok tersebut (Ashton, 1991).
Pendapat para ahli gulma yang lain ada yang mengatakan bahwa gulma disebut juga
sebagai tumbuhan pengganggu atau tumbuhan yang belum diketahui manfaatnya,
tidak diinginkan dan menimbulkan kerugian.
Persaingan antara gulma dengan tanaman yang kita usahakan
dalam mengambil unsur-unsur hara dan air dari dalam tanah dan penerimaan cahaya
matahari untuk proses fotosintesis, menimbulkan kerugian-kerugian dalam
produksi baik kualitas maupun kuantitas. Cramer (1975) menyebutkan kerugian
berupa penurunan produksi dari beberapa tanaman dalah sebagai berikut : padi
10,8 %; sorgum 17,8 %; jagung 13 %; tebu 15,7 %; coklat 11,9 %; kedelai 13,5 %
dan kacang tanah 11,8 %. Menurut percobaan-percobaan pemberantasan gulma pada
padi terdapat penurunan oleh persaingan gulma tersebut antara 25-50 %.
Kehadiran gulma pada lahan pertanian
atau pada lahan perkebunan dapat menimbulkan berbagai masalah. Secara umum
masalah-masalah yang ditimbulkan gulma pada lahan tanaman budidaya ataupun
tanaman pokok adalah sebagai berikut.
1.
Terjadinya kompetisi atau persaingan dengan tanaman pokok (tanaman budidaya)
dalam hal: penyerapan zat makanan atau unsur-unsur hara di dalam tanah,
penangkapan cahaya, penyerapan air dan ruang tempat tumbuh.
2.
Sebagian besar tumbuhan gulma dapat mengeluarkan zat atau cairan yang bersifat
toksin (racun), berupa senyawa kimia yang dapat mengganggu dan menghambat
pertumbuhan tanaman lain disekitarnya. Peristiwa tersebut dikenal dengan
istilah allelopati.
3. Sebagai
tempat hidup atau inang, maupun tempat berlindung hewan-hewan kecil, insekta
dan hama sehingga memungkinkan hewan-hewan tersebut dapat berkembang biak
dengan baik. Akibatnya hama tersebut akan menyerang dan memakan tanaman pokok
ataupun tanaman budidaya.
4.
Mempersulit pekerjaan diwaktu panen maupun pada saat pemupukan.
5.Dapat menurunkan kualitas produksi (hasil)
dari tanaman budidaya, misalnya dengan tercampurnya biji-biji dari gulma yang
kecil dengan biji tanaman budidaya.
II. PENGGOLONGAN/ KLASIFIKASI GULMA
- Sifat-sifat Gulma secara umum
Gulma merupakan tumbuhan yang
mempunyai sifat dan ciri khas tertentu, yang umumnya berbeda dengan tanaman
pokok atau tanaman budidaya. Sifat-sifat dari gulma tersebut antara lain:
1.
Gulma mudah tumbuh pada setiap tempat atau daerah yang
berbeda-beda, mulai dari tempat yang miskin nutrisi sampai tempat yang kaya
nutrisi.
2.
Gulma dapat bertahan hidup dan tumbuh pada daerah kering
sampai daerah yang lembab bahkan tergenangpun masih dapat bertahan.
3. Kemampuan gulma untuk mengadakan regenerasi atau
perkembangbiakan memperbanyak diri besar sekali, khususnya pada gulma
perennial. Gulma perennial (gulma yang hidupnya menahun) dapat pula menyebar
luas dengan cara perkembangbiakan vegetatif disamping secara generatif.
4. Gulma juga dapat
menghasilkan biji dalam jumlah yang sangat banyak, ini pulalah yang
memungkinkan gulma cepat berkembang biak.
Luasnya
penyebaran gulma disebabkan oleh sifat daun yang dapat bermodifikasi, yaitu
tumbuh menjadi tumbuhan baru seperti pada daun Cocor bebek (Calanchoe sp). Demikian juga dengan
bagian-bagian tumbuhan gulma yang lain dapat pula tumbuh menjadi individu gulma
yang baru, seperti akar, batang, umbi dan lain sebagainya. Inilah yang
memungkinkan gulma unggul dalam persaingan (berkompetisi) dengan tanaman
budidaya
Dalam
berkompetisi dengan tanaman budidaya tumbuhan gulma juga ada yang mengeluarkan
bau dan rasa yang kurang sedap, bahkan dapat mengeluarkan zat pada sekitar
tempat tumbuhnya. Zat itu berbentuk senyawa kimia seperti cairan berupa toksin
(racun) yang dapat mengganggu atau menghambat pertumbuhan tanaman lain yang ada
disekitar gulma tersebut, (kejadian tersebut dikenal juga dengan peristiwa
allelopati).
Gulma dapat dibedakan menjadi beberapa
golongan atau kelompok berdasarkan kepada: bentuk daun, daerah tempat hidup
(habitat), daur atau siklus hidup, sifat botani dan morfologi, dan cara perkembangbiakan.
1.
Penggolongan berdasarkan bentuk daun
Penggolongan berdasarkan bentuk daun ini
berpatokan atas lebar atau sempitnya daun. Gulma berdaun lebar yaitu apabila
lebar dari helaian daunnya lebih dari setengah ukuran panjangnya. Helaian daun
tersebut dapat berbentuk oval, bulat, segita, lonjong, membulat atau seperti
bentuk ginjal. Pertulangan daun (nervatio) dari golongan ini umumnya bentuk
menyirip. Golongan gulma berdaun lebar ini umumnya didominasi oleh kelompok
tumbuhan dari klas Dicotyledoneae.
Sedangkan gulma berdaun sempit yaitu
apabila helaian daun atau laminanya berbentuk memanjang dan ukuran lebarnya
helaian daun kecil atau sempit. Helaian daun dari golongan ini umumnya terdiri
dari kelampok daun yang berbentuk pita, linearis, jarum dan yang berbentuk
panjang-panjang. Pertulangan daun dari golongan ini umumnya berbentuk
lurus-lurus atau linearis yang umumnya didominasi oleh kelompok tumbuhan dari
klas Monocotyledoneae.
Dengan demikian berdasarkan bentuk daun ini
maka gulma dapat dibagi dua yaitu gulma berdaun lebar dan gulma berdaun sempit.
a. Gulma berdaun lebar
Tumbuhan
ini mempunyai bentuk daun yang lebar dan luas dan umumnya:
- mempunyai lintasan C3(tumbuh
dengan baik di area dimana intensitas sinar matahari cenderung sedang,
temperature sedang dan dengan konsentrasi CO2 sekitar 200 ppm atau lebih tinggi, dan
juga dengan air tanah yang berlimpah.)
- nervatio (pertulangan daun) menyirip
- dari kelompok Dicotyledoneae
- bentuk helaian membulat, bulat,
oval, lonjong, segitiga, bentuk ginjal, dll.
Contoh:
- Amaranthus spinosus L. ( Bayam Ri )
- Ageratum conyzoides (bandotan /
Wedusan )
- Portulaca oleracea ( Krokot )
- Melastoma malabathricum ( Senggani, Sesenduk )
- Eupatorium odoratum ( Glepangan ,
Kirinyuh , Katepos )
- Euphorbia hirta ( Patikan Kebo )
- Centella asiatica ( Kaki Kuda,
Pegagan )
b. Gulma berdaun sempit
Tumbuhan
ini mempunyai bentuk daun sempit dan memanjang;
- mempunyai lintasan C4 ( Jenis Tanaman yang mampu beradaptasi
pada berbagai suhu tinggi, kelembaban rendah dan sinar terik matahari)
- nervatio
(pertulangan daun) linearis atau garis-garis memanjang.
- dari
kelompok monocotyledoneae
- bentuk
daun memanjang seperti pita, jarum, garis dll
contoh:
- Leersea hexandra ( Kalamenta,
Kolomento )
- Sprobolus poiretii (
- Cyperus rotundus ( Rumput Teki )
- Imperata cylindrical ( Alang-Alang )
2. Penggolongan gulma berdasarkan
habitat
Berdasarkan habitat atau tempat
hidup maka gulma dapat dikelompokkan menjadi beberapa golongan yaitu:
1. Gulma darat (terristerial weed) yaitu semua
tumbuhan gulma yang hidup dan tumbuhnya di darat, seperti: Imperata
cylindrical, Melastoma malabathricum, dsb. Pada gulma darat ini dapat dibagi
lagi menjadi beberapa kelompok berdasarkan lahan atau arealnya seperti:
2. Gulma
sawah tanaman palawija, contoh: -
Portulaca oleracea
-
Cyperus rotundus, dll
3. Gulma
ladang, contoh: - Leersea
hexandra
-
Imperata cylindrical
4. Gulma
kebun, contoh: - Ageratum
conyzoides
-
Stachytarpita sp
5. Gulma
hutan, contoh: - Melastoma
malabathricum
- Crotalaria sp
6. Gulma
Padang rumput, contoh: - Sprobolus
poiretii
-
Andropogon sp
7. Gulma
air yaitu semua tumbuhan gulma yang hidup, tumbuh dan berkembang biaknya
terjadi di dalam air, di daerah perairan atau ditempat yang basah dan
tergenang, Contoh dari gulma ini adalah: Eichornia crassipes, Hydrilla
verticilata, Pistia stratiotes, Nymphaea sp.
3. Penggolongan berdasarkan daur
hidup
Menurut Ashton (1991), berdasarkan
daur hidup (siklus hidup), maka gulma dapat dikelompokkan pada beberapa golongan
yaitu.
1. Annual (semusim)
Adalah tumbuhan gulma yang mempunyai
daur hidup hanya satu musim atau satu
tahunan, mulai dari tumbuh, anakan,
dewasa dan berkembang biak. Contoh gulma semusim adalah: Ageratum conyzoides,
Stachytarpita sp.
2.
Biennial (dua musim)
Yaitu tumbuhan gulma yang mempunyai
daur hidup mulai dari tumbuh
,anakan,dewasa dan berkembang biak
selama dua musim tetapi kurang dari dua tahun. Contoh gulma ini adalah: Lactuca
canadensis L.
3.
Perinnial (gulma musiman atau tahunan)
Adalah tumbuhan gulma yang dapat
hidup lebih dari dua tahun atau lama berkelanjutan bila kondisi memungkinkan.
Contoh gulma ini adalah kebanyakan dari klas monocotyledoneae seperti; Cyperus
rotundus, Imperata cylindrical, dll
4. Penggolongan berdasarkan sifat
morfologi
Menurut Tjitrosoedirdjo et. al
(1984), berdasarkan sifat morfologi maka gulma dapat dikelomp;okkan menjadi
tiga golongan yaitu:
1.
Golongan rumput-rumptan (grasses)
Yaitu semua tumbuhan gulma yang
berasal dari keluarga Gramineae (Poaceae). Gulma ini ukurannya bervariasi,
tumbuh bisa tegak maupun menjalar , hidup semusim atau tahunan. Ciri-ciri
kelompok gulma yang tergolong kedalam keluarga rumput ini adalah batangnya
umumnya mempunyai ruas-ruas dan buku. Jarak masing-masing ruas (internodus)
bisa sama dan bisa pula berbeda dan bahkan ada yang cukup panjang, yang tidak
sebanding dengan buku (internodus), batangnya ini ada yang menyebut dengan
culm. Ciri lain dari kelompok ini adalah daunnya yang tidak mempunyai tangkai
daun (ptiolus) tapi hanya mempunya pelepah/ upih (vagina) dan helaian daun
(lamina).
Contoh dari gulma ini banyak sekali
dan ditemukan pada berbagai tempat, baik di areal tanaman budidaya maupun di
daerah yang terbuka, misalnya; Eleusine
indica, Imperata cylindrical, Panicum repens, Paspalum conjugatum, Axonopus
compressus, Leersea hexandra.
2.
Golongan Teki-tekian (sedges)
Yang termasuk kedalam kelompok gulma
ini adalah dari keluarga Cyperaceae. Ciri khas dari kelompok teki ini adalah
batangnya yang berbentuk segitiga, dan pada sebagian besar sistim perakarannya
terdiri dari akar rimpang (rhizome) dan umbi (tuber).
Contoh gulma ini adalah; Cyperus
rotundus, Cyperus irinaria, dll.
3.
Golongan gulma berdaun lebar (broad leaf weed)
Kelompok ini terdiri dari gulma yang
berdaun lebar (luas) yang umumnya terdiri dari klas Dicotyledoneae, pertulangan
daun umunya menyirip, misalnya: Ageratum
conyzoides, Eupatorium odoratum, Melastoma malabathricum, Phylanthus niruri,
dll.
5. Penggolongan berdasarkan sifat
botani
Menurut Triharso (1994), berdasarkan
sifat-sifat botaninya maka gulma dapat dikelompokkan menjadi beberapa golongan
yaitu:
1. Golongan gulma Dicotyledoneae
(berkeping dua)
Yaitu semua tumbuhan gulma yang
berasal dari klas Dikotiledon, seperti: Crotalaria sp, Melastoma malabathricum,
Phyllanthus niruri, Lantana camara, dll.
2. Golongan gulma Monocotyledoneae
(berkeping satu)
Adalah semua tumbuhan gulma yang
berasal dari klas Monokotil seperti: Imperata cylindrical, Panicum repens,
Dactyloptenium sp., Eragrostis amabilis, Cynodon dactylon, cyperus rotundus,
dll.
3. Golongan gulma Pteridophyta
(pakis-pakisan)
Yaitu semua gulma yang berasal dari
kelompok pakis-pakisan, contohnya : Neprolepsis bisserata.
III. PERKEMBANGBIAKAN GULMA
Gulma merupakan tumbuhan yang sangat
mudah tumbuh pada bermaca-macam areal dan lokasi tanaman budidaya, hal itu yang
menyebabkan gulma lebih unggul bersaing dengan tanaman budidaya. Faktor
tersebut didukung pula oleh cara perkembangbiakan (reproduksi) gulma yang
bermacam-macam seperti berikut.
1. Dengan biji
Sebagian
besar gulma berkembangbiak dengan biji dan menghasilkan jumlah biji yang sangat
banyak seperti biji pada Amaranthus spinosus, Cynodon dactylon, Eragrostis
amabilis.
Biji-biji
gulma dapat tersebar jauh karena ukurannya kecil sehingga dapat terbawa angin,
air, hewan dan sebagainya dengan demikian penyebarannya juga lebih luas.
Adapula terdapat bulu-bulu (rambut halus) yang menempel pada biji, sehingga
biji ini mudah diterbangkan oleh angina, seperti pada biji Emilia sonchifolia,
Vernonia sp, dll.
Disamping
itu biji-biji gulma dapat bertahan lama di dalam tanah (masa dormansi yang
panjang) bila situasi lahan tanahnya tidak memungkinkan untuk tumbuh, kemudian
pada saatnya dapat tumbuh bila situasi sudah memungkinkan.
2. Stolon
Adapula
gulma yang dapat membentuk individu baru dengan stolon yaitu bagian batang
menyerupai akar yang menjalar di atas permukaan tanah. Dimana batang ini
terdiri dari nodus (buku) dan internodus (ruas), pada setiap nodus dapat keluar
serabut-serabut akar dan tunas sehingga dapat mebentuk individu baru. Contoh
gulma ini adalah: Paspalum conjugatum, Cynodon dactylon, dll.
3.
Rhizome (akar rimpang)
Yaitu
batang beserta bagian-bagiannya yang manjalar di dalam tanah, bercabang-cabang,
tumbuh mendatar dan pada ujungnya atau pada buku dapat muncul tunas yang
membentuk individu baru.
4. Tuber (umbi)
Umbi
merupakan pembengkakan dari batang atupun akar yang digunakan sebagai tempat
penyimpanan atau penimbun makanan cadangan, sehingga umbi tersebut bisa
membesar. Pada beberapa bagian dari umbi tersebut terdapat titik (mata) yang
pada saatnya nanti bisa muncul atau keluar tunas yang merupakan individu baru
dari gulma tersebut. Contoh gulma ini adalah dari keluarga Cyperaceae, seperti:
Cyperus rotundus, Cyperus irinaria, dst.
5. Bulbus (umbi lapis)
Bulbus
juga termasuk umbi yang merupakan tempat menyimpan makanan cadangan tetapi
bentuknya berlapis-lapis. Gulma golongan ini dapat ditemukan pada keluarga
Allium, contoh: Allium veneale (bawang-bawang).
6. Dengan daun
Pada
beberapa jenis gulma juga dapat berkembangbiak dengan daunnya yang telah
dewasa. Daun ini berbentuk membulat ataupun oval, pada pinggir daun bergerigi
atau terdapat lekukan yang nantinya tempat muncul tunas menjadi individu baru.
Contohnya: Calanchoe sp (cocor bebek), Ranunculus bulbasus.
7. Runner (Sulur)
Stolon
yang keluar dari ketiak daun dimana internodianya (ruas) sangat panjang,
membentuk tunas pada bagian ujung. Contoh: Eichornia crassipes.
8. Spora.
Ada juga
beberapa gulma yang dapat berkembang biak dengan spora, dimana spora ini bila
telah matang dapat diterbangkan oleh angina. Contoh gulma ini kebanyakan dari
keluarga paku-pakuan seperti: Nephrolepsis bisserata, Lygopodiu sp, dll.
IV.
PENGENDALIAN
Terdapat beberapa metode/cara pengendalian
gulma yang dapat dipraktekkan di lapangan, yaitu :
1. Pengendalian dengan upaya preventif
Tindakan paling
dini dalam upaya menghindari kerugian
akibat infestasi gulma adalah
pencegahan (preventif). Pencegahan
dimaksud untuk mengurangi pertumbuhan
gulma agar usaha pengendalian sedapat
mungkin dikurangi. Pencegahan
sebenarnya merupakan langkah yang paling tepat
karena kerugian yang
sebenarnya pada tanaman
belum terjadi, dan pencegahan biasanya
lebih murah. Pengendalian dengan preventif dibagi menjadi :
·
Peniadaan Sumber Invasi dan
Sanitasi
·
Perlunya Peraturan /
Perundang-Undangan
·
Karantina Tumbuhan
2. Pengendalian secara
mekanis / fisik
pengendalian mekanis
merupakan usaha penekanan
pertumbuhan gulma dengan cara
merusak bagian-bagian sehingga
gulma tersebut mati
atau pertumbuhannya
terhambat. Cara ini
umumnya cukup baik
dilakukan pada berbagai jenis
gulma setahun, tetapi pada kondisi tertentu juga efektif bagi gulmagulma
tahunan. Pengendalian ini dapat dilakukan dengan cara :
·
Pengolahan Tanah (land
preparation)
·
Penyiangan (wedding)
·
Pencabutan (hand pulling)
·
Pembabatan (mowing)
·
Pembakaran (burning)
·
Penggenangan
·
Peralatan Pengendalian
Mekanis
3.
Pengendalian
Kultur Teknis
pengendalian kultur
teknis merupakan cara
pengendalian gulma dengan menggunakan praktek-praktek budidaya.
Penanamn jenis yang cocok untuk suatu tanah,
penenamn rapat agar
tajuk tanaman segera
menutup ruang kosong, pemupukan yangtepat,
dan pengaturan waktu
tanam adalah cara yang
sangat membantu untuk mengtasi masalah gulma.
Pengendalian ini
disebut juga pengendalian
secara ekologis karena menggunakan prinsip-prinsip ekologi
untuk mengelola lingkungan. Pengendalian ini dilakukan dengan cara :
·
Rotasi Tanaman (crop
rotation)
·
Sistem Bertanam (croping system)
·
Pengaturan Jarak Tanam (crop
desinty)
·
Pemulsaan (mulching)
·
Tanaman Penutup Tanah (legum
cover crop-lcc)
4. Pengendalian Hayati
pengendalian hayati (Smith 1919) dengan arti sempit
sebagi penggunaan musuh alami
baik yang diintroduksikan maupun yang sudah ada di suatu daerah kemudian
dikelola agar penekanan terhadap populasi organisme pengganggu yang menjadi
sasaran meningkat.
Pengendalian pada
gulma adalah suatu
cara pengendalian dengan menggunakan musuh- musuh
alami baik hama
(insekta), penyakit (patogen), ternak ikan,
dsb guna menekan
pertumbuhan gulma. Cara-cara
pengendalian hayati :
·
Pengendalian Alami dan
Hayati
·
Landasan Pengendalian Hayati
·
Musuh-Musuh Alami Gulma
·
Pengembangan pengendalian
Hayati
5. Pengendalian Kimia
Pengendalian
gulma dengan menggunakan senyawa kimia sangat diminati, senyawa kimia
yang diguankan dikenal
denga nama Herbisida.
Herbisida merupakan alat yang
canggih dalam pengendalian gulma,
serta memberikan keuntungan lebih
dalam pemakaiannya.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
1.
Kesimpulan
a.
Gulma dapat didefinisikan
sebagai tumbuhan yang
tidak diinginkan manusia dan tumbuh pada temapat dan waktu yang tidak diinginkan manusia.
b. Untuk
menghindari pertumbuhan gulma maka perlu dilakukan tindakan pencegahan (preventive)
dengan cara tidak terlalu banyak menggunakan pupuk kandang
atau jangan menggunakan
pupuk kandang pada
saat penanaman.
c.
Pengendalian gulma harus
memperhatikan teknik pelaksanaannya di lapangan (faktor teknis), biaya yang
diperlukan (faktor ekonomis), dan kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkan.
d.
Hubungan gulma dengan
tanaman lain dapat
berupa kompetisi yang dapat
diartikan sebagai persaingan
dua organisme atau
lebih dalam meraih makanan dan
tempat hidup yang sama, seperti
unsur hara, air, cahaya, bahan
ruang tumbuh, dan CO2.
e.
Cara perkembangan gulma
ada cara yaitu
dengan cara perbanyakan generatif dan vegetatif.
2. Saran
a.
Penyiangan gulma sebaiknya
dilakukan secara teratur
sehingga tidak mengganggu
pertumbuhan tanaman yang memang diinginkan.
b. Kendalikan
gulma dengan metode-metode
yang ada sesuai
dengan keadaan atau sifat dari gulma itu.
DAFTAR
PUSTAKA
1.
Astuti Siti,
2006. Petunjuk Praktikum
Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman.STPP Jurusan Penyuluhan
Pertanian, Yogyakarta.
2.
Moenandir, J.
1986. Konsep
Pengendalian Gulma.Balitus: Intercreated Pest Management.
3.
Moenandar, Jody.
1993. Pengantar Ilmu dan Pengendalian Gulma. Jakarta: Rajawali Pers.
4.
Sukman, Yernelis. 2002. Gulma
dan teknik pengendaliannya.
Jakarta: Rajawali Pers.
5.
Triharso. 1994. Dasar-dasar
perlindungan tanaman. Yogyakarta: UGM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar