PENYAKIT BLAS
Di Indonesia Penyakit blas (Pyricularia grisea)
merupakan penyakit penting terutama pada padi gogo. Akhir-akhir ini penyakit
blas khususnya blas leher menjadi tantangan yang lebih serius karena banyak
ditemukan pada beberapa varietas padi sawah di Jalur Pantura Jawa Barat.
Penyebab penyakit dapat menginfeksi tanaman pada semua stadium tumbuh dan
menyebabkan tanaman puso. Pada tanaman stadium vegetatif biasanya menginfeksi
bagian daun, disebut blas daun (leaf blast). Pada stadium generatif
selain menginfeksi daun juga menginfeksi leher malai disebut blas leher (neck
blast).
Klasifikasi
penyakit blas sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio :
Mycota
Kelas
: Deuteromycetes
Ordo
: Moniliales
Family :
Moniliaceae
Genus
: Pyricularia
Spesies :
Pyricularia oryzae Cav.
Dilihat dari
segi biologi dan ekologinya, gejala penyakit blas dapat timbul pada daun,
batang, malai, dan gabah, tetapi yang umum adalah pada daun dan pada leher
malai. Gejala pada daun berupa bercak-bercak berbentuk seperti belah ketupat
dengan ujung runcing. Pusat bercak berwarna kelabu atau keputih-putihan dan
biasanya memmpunyai tepi coklat atau coklat kemerahan. Gejala penyakit blas
yang khas adalah busuknya ujung tangkai malai yang disebut busuk leher (neck
rot). Tangkai malai yang busuk mudah patah dan menyebabkan gabah hampa.
Pada gabah yang sakit terdapat bercak-bercak kecil yang bulat.
Penularan
penyakit blas terjadi melalui konidia yang terbawa angin. Konidia
dibentuk dan dilepas waktu malam, meskipun serimg terjadi siang hari sehabis
turun hujan. Konidium ini hanya dilepaskan jika kelembaban nisbi udara lebih
tinggi dari 90%. Pelepasan terjadi secara eksplosif, karena pecahnya sel kecil
di bawah konidium sebagai akibat dari pengaruh tekanan osmotik. Penetrasi
kebanyakan terjadi secara langsung dengan menembus kutikula. Permukaan atas
daun dan daun-daun yang lebih muda lebih mudah dipenetrasi. Patogen P.
oryzae dapat mempertahankan diri pada sisa-sisa tanaman dan gabah dalam
bentuk miselium dan konidium.
Penyakit blas
tingkat keparahannya di pengaruhi oleh beberapa faktor.Kelebihan nitrogen dan
kekurangan air menambah kerentanan tanaman. Diduga bahwa kedua faktor tersebut
menyebabkan kadar silikon tanaman rendah. Kandungan silikon dalam jaringan
tanaman menentukan ketebalan dan kekerasan dinding sel sehingga mempengaruhi
terjadinya penetrasi patogen kedalam jaringan tanaman. Tanaman padi yang
berkadar silikon rendah akan lebih rentan terhadap infeksi patogen. Pupuk
nitrogen berkorelasi positif terhadap keparahan penyakit blas. Artinya makin
tinggi pupuk nitrogen keparahan penyakit makin tinggi.
Perkecambahan
konidium Pyricularia grisea memerlukan air. Jangka waktu
pengembunan atau air hujan merupakan kondisi yang sangat menentukan bagi
konidium yang menempel pada permukaan daun untuk berkecambah dan selanjutnya
menginfeksi jaringan tanaman. Bila kondisi sangat baik yaitu periode basah
lebih dari 5 jam, sekitar 50% konidium dapat menginfeksi jaringan tanaman dalam
waktu 6-10 jam. Suhu optimum untuk perkecambahan konidium dan pembentukan
apresorium adalah 25-28 C.
Untuk
mengendalikan penyakit blaz agar tidak berlebihan maka sampai saat ini
pengendalian yang paling efektif adalah dengan varietas tahan. Varietas
Limboto, Way Rarem, dan Jatiluhur di beberapa tempat di Purwakarta,
Subang, dan Indramayu tergolong tahan terhadap penyakit blas
leher. Patogen P. grisea sangat mudah membentuk ras
baru yang lebih virulen dan ketahanan varietas sangat ditentukan oleh
dominasi ras patogen. Hal ini menyebabkan penggunaan varietas tahan
sangat dibatasi oleh waktu dan tempat. Artinya varietas yang semula tahan akan
menjadi rentan setelah ditanam beberapa musim dan varietas yang tahan di satu
tempat mungkin rentan di tampat lain. Ketahanan varietas yang hanya ditentukan
oleh satu gen (monogenic resistant) mudah terpatahkan. Untuk itu
pembentukan varietas tahan yang memiliki lebih dari satu gen tahan (polygenic
resistant) sangat diperlukan. Penggunaan varietas harus disesuaikan dengan
kondisi struktur populasi ras yang ada. Pergiliran varietas dengan varietas
unggul lokal yang umumnya tahan terhadap penyakit blas sangat dianjurkan.
Penyakit blas merupakan penyakit yang terbawa benih (seed borne pathogen),
maka untuk mencegah penyakit blas dianjurkan tidak menggunakan benih yang
berasal dari daerah endemis penyakit blas.
Kita tahu
bahwa ketahanan varietas terhadap penyakit tidak berlangsung lama, maka
diperlukan pendukung untuk menjaga ketahanan varietas itu yaitu dengan
menggunakan fungisida.Fungisida merupakan teknologi yang sangat praktis untuk
mengatasi penyakit blas,namun hal tersebut menyebabkan terganggunya ekosistem
disekitarnya.,maka fungisida harus digunakan secara rasional yaitu harus
memperhatikan jenis,dosis dan waktu aplikasi yang tepat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar