PERSONIL BPP GADING

Rabu, 20 Februari 2013

STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK MELALUI PENDEKATAN



STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK MELALUI PENDEKATAN


                                                                                 Oleh :
                                                                  Anang Budi Prasetyo,SP
                                                            Penyuluh Pertanian BPK. Gading
                                                                 Kabupaten Probolinggo




Strategi Penyelesaian Konflik Melalui Pendekatan. Pendekatan penyelesaian konflik oleh pemimpin dikategorikan dalam dua dimensi ialah kerjasama/tidak kerjasama dan tegas/tidak tegas. Dengan menggunakan kedua macam dimensi tersebut ada 5 macam pendekatan penyelesaian konflik ialah :

1. Menghindar

Menghindari konflik dapat dilakukan jika isu atau masalah yang memicu konflik tidak terlalu penting atau jika potensi konfrontasinya tidak seimbang dengan akibat yang akan ditimbulkannya. Penghindaran merupakan strategi yang memungkinkan pihak-pihak yang berkonfrontasi untuk menenangkan diri. Manajer perawat yang terlibat didalam konflik dapat menepiskan isu dengan mengatakan “Biarlah kedua pihak mengambil waktu untuk memikirkan hal ini dan menentukan tanggal untuk melakukan diskusi”


2. Mengakomodasi

Memberi kesempatan pada orang lain untuk mengatur strategi pemecahan masalah, khususnya apabila isu tersebut penting bagi orang lain. Hal ini memungkinkan timbulnya kerjasama dengan memberi kesempatan pada mereka untuk membuat keputusan. Perawat yang menjadi bagian dalam konflik dapat mengakomodasikan pihak lain dengan menempatkan kebutuhan pihak lain di tempat yang pertama.

3. Kompetisi

Gunakan metode ini jika anda percaya bahwa anda memiliki lebih banyak informasi dan keahlian yang lebih dibanding yang lainnya atau ketika anda tidak ingin mengkompromikan nilai-nilai anda. Metode ini mungkin bisa memicu konflik tetapi bisa jadi merupakan metode yang penting untuk alasan-alasan keamanan.

4. Kompromi atau Negosiasi

Masing-masing memberikan dan menawarkan sesuatu pada waktu yang bersamaan, saling memberi dan menerima, serta meminimalkan kekurangan semua pihak yang dapat menguntungkan semua pihak.

5. Memecahkan Masalah atau Kolaborasi


Pemecahan sama-sama menang dimana individu yang terlibat mempunyai tujuan kerja yang sama.Perlu adanya satu komitmen dari semua pihak yang terlibat untuk saling mendukung dan saling memperhatikan satu sama lainnya.

Mengendalikan konflik berarti menjaga tingakat konflik yang kondusif bagi perkembangan organisasi sehingga dapat berfungsi untuk menjamin efektivitas dan dinamika organisasi yang optimal. Namun bila konflik telah terlalu besar dan disfungsional, maka konflik perlu diturunkan intensitasnya, antara lain dengan cara :

a. Mempertegas atau menciptakan tujuan bersama. Perlunya dikembangkan tujuan kolektif di antara dua atau lebih unit kerja yang dirasakan bersama dan tidak bisa dicapai suatu unit kerja saja.
b. Meminimalkan kondisi ketidak-tergantungan. Menghindari terjadinya eksklusivisme diatara unit-unit kerja melalui kerjasama yang sinergis serta membentuk koordinator dari dua atau lebih unit kerja.
c. Memperbesar sumber-sumber organisasi seperti : menambah fasilitas kerja, tenaga serta anggaran sehingga mencukupi kebutuhan semua unit kerja.
d. Membentuk forum bersama untuk mendiskusikan dan menyelesaikan masalah bersama. Pihak-pihak yang berselisih membahas sebab-sebab konflik dan memecahkan permasalahannya atas dasar kepentingan yang sama.
e. Membentuk sistem banding, dimana konflik diselesaikan melalui saluran banding yang akan mendengarkan dan membuat keputusan.
f. Pelembagaan kewenangan formal, sehingga wewenang yang dimiliki oleh atasan atas pihak-pihak yang berkonflik dapat mengambil keputusan untuk menyelesaikan perselisihan.
g. Meningkatkan intensitas interaksi antar unit-unit kerja, dengan demikian diharapkan makin sering pihak-pihak berkomunikasi dan berinteraksi, makin besar pula kemungkinan untuk memahami kepentingan satu sama lain sehingga dapat mempermudah kerjasama.
h. Me-redesign kriteria evaluasi dengan cara mengembangkan ukuran-ukuran prestasi yang dianggap adil dan acceptable dalam menilai kemampuan, promosi dan balas jasa.

READ MORE - STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK MELALUI PENDEKATAN

Identifikasi Hama Tikus Pada Tanaman Padi



Identifikasi Hama Tikus
Pada Tanaman Padi


 By: Anang Budi Prasetyo,SP



Tikus sebagai hama padi umumnya yang dikenal adalah spesies Rattus argentiventer atau disebut tikus sawah. Karakter morfologi tikus sawah meliputi warna dorsal coklat kekuningan dengan bercak-bercak hitam di rambut. Warna ventral putih keperakan atau putih keabu-abuan. Warna ekor coklat tua dengan panjang sekitar 110-160 mm. Warna permukaan atas kaki seperti warna badan dan bagian bawah coklat tua. Tikus sawah memiliki 12 buah puting susu (6 pasang) dan memiliki ciri khas rambut perut berwarna putih, tekstur rambut agak kasar, dan ekor lebih pendek daripada kepala dan badan.
Perilaku tikus sawah
Tikus sawah merupakan hewan nokturnal yang telah beradaptasi dengan fenologi tanaman padi. Secara rutin, aktifitas harian dimulai pada senja hari hingga menjelang fajar. Selama periode tersebut, tikus sawah dari kelompok lain. Siang hari dilalui dengan bersembunyi didalam lubang, semak belukar, atau mengeksplorasi sumber pakan dan air, tempat berlindung, serta mengenali pasangan dan individu petakan sawah.
Tikus sawah tergolong kedalam hewan omnivora yang mampu memanfaatkan beragam pakan untuk bertahan hidup. Komposisi pakan yang dikonsumsi tergantung kondisi lingkungan dan bervariasi sepanjang stadia tumbuh padi. Meskipun demikian, padi merupakan pakan utama yang paling disukainya. Kebutuhan pakan kurang lebih 10-15% dari bobot badannya dan minum air kurang lebih 15-30 ml per hari. Tikus sawah mencari makan berupa endosperm padi, bagian pangkal batang padi, serpihan rumput-rumputan, potongan tubuh arthropoda, bagian tanaman dikotil, dan lain-lain. Dalam mengkonsumsi pakan, tikus sawah lebih dahulu mencicipi untuk mengetahui reaksi terhadap tubuhnya dan apabila tidak membahayakan akan segera memakannya.





Perkembangbiakan tikus sawah sangat tergantung pada keberadaan tanaman padi. Kondisi aktif reproduksi hanya terjadi pada padi stadia generatif. Selama bera panjang hingga padi vegetatif, tikus sawah dewasa tidak aktif reproduksi. Pada saat tidak aktif, testis tikus sawah kembali masuk dalam rongga perut (testis abdominal), dan akan kembali ke scrotum pada saat musim kawin (testis scrotal). Akses kawin terhadap sejumlah betina dikuasai oleh jantan dominan yang menguasai teritorial tertentu.
sawah merupakan hewan terestrial yang membuat lubang di dalam tanah sebagai tempat tinggal. Lubang yang dihuni tikus disebut “lubang aktif”. Pada saat bera panjang, tikus sawah lebih banyak tinggal di habitat pelarian (refuge area) seperti semak, pekarangan, atau migrasi ke gudang padi. Pada stadia vegetatif padi, lubang aktif berbentuk sederhana dan dangkal, tetapi menjadi komplek dan bercabang pada stadia generatif padi yang juga merupakan saat berkembang biak tikus sawah. Pada umumnya, lubang aktif berisi tikus betina beserta anak-anak pradewasa. Selama aktif reproduksi, tikus jantan tinggal dalam petak lahan menunggu malam hari untuk kawin dengan betina dalam kelompoknya.
Perilaku sosial tikus mencakup perilaku menjaga wilayah kekuasaan (territorial) dan tingkatan sosial (hierarkhi). Pada kerapatan populasi rendah hingga sedang, seekor jantan dominan paling berkuasa atas sumber pakan, jalur jalan, lokasi bersarang, dan tikus betina dalam kelompoknya. Pada densitas populasi tinggi, jantan yang kalah kompetisi (subordinat) keluar mencari wilayah dan membentuk kelompok baru. Perilaku tersebut menyebabkan penyebaran populasi yang merata sehingga tikus sawah mampu mengokupasi wilayah yang luas (terutama di daerah endemik). Tikus sawah mempunyai kemampuan fisik selain mengerat juga menggali, berlari, melompat dan meloncat, memanjat, berenang, dan menyelam.
Kemampuan belajar tikus sawah
Otak tikus sawah berkembang sempurna sehingga memiliki kemampuan belajar dan mengingat, meskipun sangat terbatas dibanding manusia. Tikus sawah mampu mengingat letak sarang, lokasi sumber pakan dan air, serta pakan beracun yang menyebabkan sakit. Pada percobaan laboratorium, tikus mampu belajar dan mengingat letak pintu yang menyediakan pakan sebagai upahnya. Ragam media komunikasi tikus sawah adalah suara dan secara kimiawi dengan air seni dan feromon. Tikus mengeluarkan suara peringatan untuk menyampaikan bahaya dan penanda territorial. Air seni juga sebagai penanda wilayah, pembawa pesan tingkat sosial, dan kondisi birahi tikus betina (feromon seks). Tikus curiga terhadap setiap benda baru (termasuk pakan) di lingkungannya, sehingga akan menghindari kontak dengan benda tersebut. Sifat tikus enggan memakan umpan beracun tanpa didahului pemberian umpan pendahuluan (pre-baiting). Tikus yang mencicipi / memakan sedikit umpan beracun akut dan tidak mati (tetapi sakit), akan mengingatnya sehingga pengumpanan lanjutan kadang mengalami kegagalan (umpan tidak dimakan). Induk betina tikus sawah selalu membuat 2-3 pintu darurat untuk meloloskan diri jika ada ancaman yang masuk sarangnya. Ketika diempos (fumigasi), induk betina menyumbat lubang sarang dengan tubuhnya agar anak-anaknya selamat.
Karakter Ekologi Tikus Sawah
Dinamika populasi tikus dipengaruhi oleh faktor biotik (pakan, kompetisi, predasi, kanibalisme, migrasi dan perkembang biakan) dan abiotik (habitat, sumber air, iklim dan pengendalian). Puncak populasi terjadi beberapa saat setelah bera pascapanen yang merupakan hasil reproduksi pada stadia generatif sebelumnya. Pada pola tanam padi-padi-bera, terjadi  dua puncak populasi, sehingga tanpa pengendalian, populasi pada awal MT2 sangat tinggi dan menjadi ancaman yang serius. Pada pola tanam serempak, komposisi umur tikus relative seragam, sedangkan pada pola tanam tidak serempak komposisi umur tumpang tindih. Pada ekosistem sawah irigasi, ketika masuk awal MT1, populasi tikus didominasi dewasa yaitu tikus pelopor yang mampu bertahan selama masa bera panjang. Migrasi tikus ditandai dengan melonjaknya populasi tikus secara mendadak akibat datangnya tikus dalam jumlah besar dalam waktu singkat,  dibedakan menjadi :
· Migrasi musiman :
Berhubungan pada saat bera panjang 70% populasi tikus pindah ke habitat pelarian, 30% tetap menghuni di dengan ketersediaan pakan lingkungan sawah. Pada saat ada pertanaman terjadi migrasi besar-besaran habitat pelarian
· Migrasi karena bencana alam
Tikus akan mengungsi ke tempat yang aman sekaligus sumber pakan yang baru. Biasanya populasi terdiri dari dewasa yang kuat
Pengaruh iklim terhadap keberadaan tikus misalnya tikus menyukai daerah yang beriklim hangat dan stabil, sehingga keberadaannya cocok di daerah ekosistem padi sawah dataran rendah. Populasi tikus juga dikontrol oleh mekanisme predasi dan pengendalian oleh manusia.




Sumber:
Anggara, Agus Wahyana dan Sudarmaji. 2008. Pengendalian Hama Tikus Terpadu (PHTT). Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

 

READ MORE - Identifikasi Hama Tikus Pada Tanaman Padi