PERSONIL BPP GADING

Senin, 31 Desember 2012

RC-2002, SOFTWARE UNTUK MENYUSUN RANSUM TERNAK RUMINANSIA BESAR



RC-2002,

SOFTWARE UNTUK MENYUSUN RANSUM

TERNAK RUMINANSIA BESAR


Oleh : Anang Budi Prasetyo,SP
BPP Kecamatan Gading



1.  PENYUSUNAN RANSUM TERNAK
Penyusunan ransum merupakan salah satu kegiatan yang penting dalam suatu usaha peternakan. Kegiatan ini tidak hanya untuk mendapatkan suatu ransum yang seimbang yaitu ransum yang mengandung semua zat makanan yang dibutuhkan oleh ternak dalam jumlah yang cukup tetapi juga dengan harga yang semurah mungkin. Kedua hal tersebut menjadi salah satu penentu produktifitas ternak dan besar-kecilnya input atau biaya pakan dalam suatu usaha peternakan, yang pada akhirnya akan menentukan besarnya keuntungan suatu usaha peternakan.
Oleh karena ketersediaan bahan pakan penyusun ransum sangat bervariasi dalam hal jenis, jumlah, kualitas dan waktu ketersediaannya, maka kegiatan penyusunan ransum harus sering dilaksanakan sesuai dengan kondisi bahan pakan yang tersedia pada saat itu, agar selalu dapat diperoleh ransum yang seimbang dan murah.
Penyusunan ransum merupakan kegiatan yang cukup menyita waktu dan pikiran. Namun setelah adanya komputer dan banyak dikembangkannya program komputer penyusun ransum, maka penyusunan ransum dapat dilakukan dengan mudah dan cepat. Salah satu program komputer penyusun ransum yang ada saat ini adalah RATION CALCULATOR 2002 atau disingkat RC-2002.


2.  MENGAPA RC-2002 ?
RC-2002 merupakan sebuah software atau program penyusun ransum yang praktis dan mudah dioperasikan karena :
1.      RC-2002 kita buat dalam versi bahasa Indonesia yang dilengkapi dengan petunjuknya dalam file RC-2002.doc, sehingga mudah dipahami pengoperasiannya.
2.     RC-2002 dibuat dan dioperasikan dengan program dasar Microsoft Excel, sehingga dapat dioperasikan pada setiap komputer yang hampir semuanya sudah dilengkapi dengan program Windows dan Microsoft Office yang di dalamnya terdapat program Microsoft Excel.
3.     RC-2002 dibuat dalam bentuk file yang berukuran kecil dan dapat disimpan dalam satu disket, sehingga mudah dibawa dan dioperasikan dimana-mana.
4.     Metode penyusunan ransum yang digunakan adalah metode trial and error, sehingga lebih mudah dilakukan terutama bagi mereka yang sudah sering melakukan atau berpengalaman.
RC-2002 merupakan hasil modifikasi dan pengembangan yang kita lakukan terhadap program penyusunan ransum OSUNRC2002 yang dibuat oleh D. R. Gill dan D. L. Lalman dari Animal Science Department, Oklahoma State University, US. RC-2002 dibuat dan dioperasikan dengan menggunakan spreadsheet program aplikasi Microsoft Excel. Model yang digunakan berdasarkan Nutrient Requirements for Beef Cattle and Dairy Cattle yang diterbitkan oleh National Academy Sciences tahun 1984, 1996, 2002, dan 2003.
RC-2002 terdiri dari empat lembar kerja (sheet) yang saling berkaitan, yaitu :

1.     Lembar kerja FORMULASI
Lembar kerja FORMULASI merupakan lembar kerja utama, di mana kita melakukan penyusunan ransum sekaligus melihat hasilnya. Lembar kerja ini berisi beberapa sel isian yang harus kita isi dengan data yang diperlukan dalam penyusunan ransum dan berisi hasil serta interpretasi terhadap ransum yang kita buat.
Beberapa data atau isian yang harus kita masukkan dalam lembar kerja ini antara lain 1) Kode dasar penyusunan ransum, berdasarkan bahan segar atau bahan kering, 2) Kode dan jumlah bahan pakan yang  kita gunakan dalam menyusun ransum, 3) Berat badan ternak, 4) Jenis kelamin ternak, dan 5) Bangsa ternak.
Pada lembar kerja ini kita juga dapat melihat hasil penyusunan ransum yang kita lakukan, yaitu yang meliputi jenis dan jumlah masing-masing bahan pakan yang akan digunakan untuk menyusun ransum, kandungan zat makanan ransum yang kita buat yang dibandingkan dengan kebutuhan ternak dan interpretasinya, harga per kg ransum, perkiraan konsumsi pakan segar dan BK, perkiraan produksi yang akan dicapai, rasio antara konsumsi pakan dan produksi, serta biaya pakan per kg produksi. Print out lembar kerja FORMULASI dapat dilihat pada Lampiran 1.
2.    Lembar kerja DAFTAR_BAHAN
Lembar kerja DAFTAR_BAHAN merupakan lembar kerja yang berisi database bahan pakan yang akan digunakan dalam menyusun ransum. Database tersebut berisi tentang kode, nama, kandungan zat makanan, dan harga masing-masing bahan pakan. Kandungan zat makanan meliputi BK, PK, lemak, SK, NDF, eNDF, ADF, TDN, NE dan beberapa mineral penting.
Kita dapat mengisi atau menambah isi database tersebut dengan memasukkan sebanyak-banyaknya bahan pakan beserta data kandungan zat makanan dan harganya.
Data yang ada dalam database ini akan digunakan dalam perhitungan untuk menyusun ransum pada lembar kerja FORMULASI dan lembar kerja NUTRIENT. Kelengkapan dan keakuratan data masing-masing bahan pakan yang ada pada lembar kerja DAFTAR_BAHAN akan sangat menentukan keakuratan ransum yang kita buat. Jika salah satu data dari salah satu bahan pakan yang kita gunakan dalam menyusun ransum tidak akurat, maka data tersebut tidak bisa kita gunakan sebagai kriteria dalam menentukan kualitas ransum yang kita buat. Misalnya, kandungan Ca dari salah satu atau lebih bahan pakan yang kita gunakan dalam menyusun ransum tidak ada (kosong), terlalu rendah atau terlalu tinggi, maka kandungan Ca dalam ransum yang kita buat akan salah (tidak akurat) sehingga tidak bisa kita gunakan sebagai pedoman dalam mengetahui kandungan Ca dalam ransum tersebut.
Oleh karena itu data tentang bahan pakan yang kita masukkan dalam lembar kerja ini harus selengkap dan seakurat mungkin. Jika tidak tersedia data hasil analisis kandungan zat makanan suatu bahan pakan, kita dapat menggunakan data dari beberapa literatur yang ada dengan hati-hati agar data tentang bahan pakan yang kita masukkan dapat selengkap mungkin tetapi akurasinya tetap tinggi.
Catatan : Data bahan pakan dengan kode 0 sampai 79 pada lembar FORMULASI masih diperoleh dari file aslinya, sehingga sebagian besar bahan pakan yang ada tidak umum kita jumpai di Indonesia dan harga yang tertera disana masih dalam bentuk satuan US dollar. Kita dapat mengubah atau mengganti data tersebut dengan data bahan pakan yang bisa kita jumpai dan kita gunakan dalam menyusun ransum dengan satuan harga rupiah, seperti pada bahan pakan dengan kode 80 dan seterusnya. Print out lembar kerja DAFTAR_BAHAN dapat dilihat pada Lampiran 2.



3.    Lembar kerja NUTRIENT
Lembar kerja NUTRIENT merupakan lembar kerja bantu dalam perhitungan menyusun ransum. Oleh karena itu lembar kerja ini banyak mengandung rumus-rumus dan hasil perhitungan yang menggunakan sejumlah data pada lembar kerja DAFTAR_BAHAN dan FORMULASI. Hasil perhitungan pada lembar kerja ini akan digunakan dalam perhitungan selanjutnya pada lembar kerja FORMULASI.  Kebenaran dan keakuratan rumus yang ada pada lembar ini sangat penting untuk mendapatkan hasil perhitungan dan ransum yang  akurat. Oleh karena itu tidak diperkenankan untuk merubah satu rumus pun dalam lembar kerja ini.
Pada kolom harga dan % BK terdapat hasil perhitungan dengan tanda $DIV/0! Yang terkait dengan TRUE atau FALSE pada kolom berikutnya. Hal tersebut bukan kesalahan rumus atau hasil sebagaimana lazimnya dalam perhitungan menggunakan program Excel. Informasi tersebut justru sebagai kontrol bahwa hasil perhitungan tersebut betul, sehingga tidak seharusnya diragukan. Print out lembar kerja NUTRIENT dapat dilihat pada Lampiran 3.

4.    Lembar kerja PENCAMPURAN
Lembar kerja PENCAMPURAN berisi tentang kode, jenis dan persentase serta jumlah masing-masing bahan pakan yang akan digunakan dalam menyusun ransum. Lembar kerja ini sangat penting sebagai pedoman dalam menimbang masing-masing bahan pakan sebelum dicampur menjadi ransum. Berat bahan pakan yang tertera pada kolom keempat atau kolom D adalah berat bahan segar atau yang sudah dikonversi ke berat bahan segar, sehingga tidak perlu khawatir apakah kita menyusun ransum berdasar bahan segar ataupun bahan kering. Print out lembar kerja PENCAMPURAN dapat dilihat pada Lampiran 4.


3.       PENGOPERASIAN RC-2002
Seperti disebutkan di atas bahwa RC-2002 dibuat dalam bentuk spreadsheet dan dioperasikan dengan menggunakan program Microsoft Excel. Sebagian besar kita sudah tidak asing lagi mengoperasikan program Excel, sehingga tidak akan mengalami kesulitan dalam mengoperasikan RC-2002 termasuk bagi pemula sekali pun. Tetapi untuk membantu pengguna yang belum pernah mengoperasikan program Excel, maka petunjuk pengoperasian RC-2002 ini dibuat mulai dari sangat awal dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1.     Nyalahkan komputer dan tunggu sampai Windows siap untuk membuka program aplikasi.


2.    Buka program Excel dengan mengklik Start yang ada pada pojok kiri bawah layar, cari dan pilih menu Program, kemudian cari dan klik Microsoft Excel dan tunggu hingga layar spreadsheet muncul.
Atau jika pada layar Windows terdapat shortcut Microsoft Excel, langkah 2 dapat kita lakukan dengan mengklik dua kali shortcut tersebut dan tunggu hingga layar spreadsheet muncul.

3.    Buka file RC-2002 dengan mengklik menu File, kemudian mengklik menu Open sehingga muncul layar dialog Open.

4.    Klik tanda panah pada kotak Look in,  kemudian pilih directory atau drive dimana file RC-2002 berada. Jika file RC-2002 berada dalam disket, maka masukkan disket tersebut pada drive A, kemudian pilih dan klik Floppy A, sehingga muncul daftar nama file yang ada dalam disket tersebut. Pilih RC-2002,  klik dua kali dan tunggu hingga layar atau spreadsheet file RC-2002 terbuka.
Atau jika file RC-2002 berada dalam hard disk, pilih dan klik drive C, sehingga muncul daftar nama file yang ada dalam drive C tersebut. Pilih RC-2002,  klik dua kali dan tunggu hingga layar atau spreadsheet file RC-2002 terbuka. Kita dapat melihat-lihat isi 4 lembar kerja yang terdapat pada RC-2002 dengan mengklik nama masing-masing lembar kerja yang tertera pada bagian bawah layar yaitu FORMULASI, DAFTAR_BAHAN, NUTRIENT dan PENCAMPURAN secara bergantian. Untuk memulai menyusun ransum, pilih dan klik lembar kerja FORMULASI.

5.    Setelah lembar kerja FORMULASI terbuka, maka penyusunan ransum sudah siap untuk dimulai.

6.    Isilah sel atau kotak isian yang hurufnya berwarna biru dengan data yang dibutuhkan dalam penyusunan ransum, yaitu :

-          Sel F2, dengan isian 1 atau  2 untuk menunjukkan pilihan kita menyusun ransum berdasarkan bahan segar atau bahan kering.

-          Sel A6 sampai A25, dengan isian kode bahan pakan yang akan digunakan dalam menyusun ransum. Lihat kode bahan pakan pada lembar kerja DAFTAR_BAHAN. Jika suatu bahan pakan yang akan digunakan dalam menyusun ransum belum terdapat dalam lembar kerja DAFTAR_BAHAN, kita dapat menambahkan bahan pakan tersebut dengan cara membuka lembar kerja DAFTAR_PAKAN kemudian mengetikkan kode, nama, kandungan zat makanan dan harga bahan pakan tersebut pada kolom yang tersedia.

-          Sel D30, dengan isian bobot badan atau rata-rata bobot badan ternak yang akan diberi pakan.

-          Sel D31, dengan isian 1 atau 2, untuk menunjukkan pilihan sex ternak jantan atau betina.

-          Sel D32, dengan isian 1 atau 2, untuk menunjukkan pilihan bangsa ternak local atau import.

-          Dan terakhir sel C6 sampai C25, dengan isian jumlah masing-masing bahan pakan yang kita gunakan dalam menyusun ransum. Ubah-ubahlah atau sesuaikan jumlah masing-masing bahan pakan, sampai diperoleh ransum yang seimbang dengan harga yang paling rendah.

Perhatikan batas maksimal dan minimal penggunaan bahan pakan tertentu, usahakan jumlah yang kita masukkan tidak diluar kisaran tersebut. Misalnya penggunaan urea maksimal 3 persen dalam konsentrat atau 1 persen dalam pakan lengkap, penggunaan bungkil biji kapok ada yang mengatakan maksimal 15 persen dalam ransum, dan mineral 1 – 2,5 persen dalam ransum.

-          Jika sudah diperoleh ransum yang seimbang dengan harga paling murah berarti penyusunan ransum sudah selesai kita laksanakan.

-          Catatan :  Petunjuk-petunjuk tersebut juga dapat dilihat pada komentar di masing-masing sel isian pada lembar kerja FORMULASI.





4.  MENYIMPAN HASIL PENYUSUNAN RANSUM
Setiap kita selesai menyusun ransum dan mendapatkan formula ransum yang seimbang dan harga murah sebaiknya kita simpan dalam suatu file dengan nama yang berbeda-beda, agar jika sewaktu-waktu diperlukan atau perlu diubah dapat kita buka kembali. Caranya pilih dan klik menu File, pilih dan klik menu Save as sehingga muncul dialog Save as. Pilih drive pada kotak Save in dimana file akan disimpan, kemudian beri nama file pada kotak File name, kemudian klik Save.





5.  MENGEPRINT HASIL PENYUSUNAN RANSUM

Setiap kita selesai menyusun ransum dan mendapatkan formula ransum yang seimbang dan harga murah sebaiknya juga di print. Hal ini akan berfungsi sebagai arsip dalam bentuk print out sehingga jika diperlukan sewaktu-waktu dapat kita lihat dan tidak perlu lagi kita mengoperasikan komputer.
Lembar kerja yang perlu kita print adalah :

1.     Lembar kerja FORMULASI yang akan berfungsi sebagai arsip untuk melihat spesifikasi ransum yang telah kita formulasikan.

2.    Lembar kerja PENCAMPURAN yang akan berfungsi sebagai pedoman kita dalam menimbang jumlah masing-masing bahan pakan sebelum dicampur menjadi ransum. Sebelum di print total berat ransum yang akan dibuat dalam satu kali pencampuran harus disesuaikan yaitu dengan mengisi sel isian jumlah total pencampuran pada sel B4.

Cara mengeprint dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1.     Buka lembar kerja yang akan di print.

2.    Klik menu File, kemudian pilih dan klik menu Print, sehingga muncul dialog Print.

3.    Pada kotak Page range pilih dan isi kotak Pages dengan angka 1, kemudian klik OK.





6. PENUTUP
Demikian Petunjuk Pengoperasian RC-2002 ini dibuat, semoga dapat membantu pengguna dalam mengoperasikan RC-2002 dengan lancar.  Selamat mencoba dan menggunakan RC-2002 untuk menyusun ransum yang seimbang dan murah untuk ternak ruminansia. Jika terdapat kesulitan dalam pengoperasian program ini, anda dapat menguhubungi



READ MORE - RC-2002, SOFTWARE UNTUK MENYUSUN RANSUM TERNAK RUMINANSIA BESAR

TEKNIK EKSTRAKSI DAN APLIKASI BEBERAPA PESTISIDA NABATI UNTUK MENURUNKAN PALATABILITAS ULAT GRAYAK



TEKNIK EKSTRAKSI DAN APLIKASI BEBERAPA PESTISIDA NABATI UNTUK MENURUNKAN PALATABILITAS
                                                               ULAT GRAYAK 
 Oleh :
ANANG BUDI PRASETYO,SP
BPP KECAMATAN GADING



Kedelai (Glycine max L.) merupakan komoditas tanam   an pangan yang memiliki arti penting bagi sebagianbesar masyarakat Indonesia. Kedelai merupakan salah satu bahan pangan sumber protein nabati. Kedelai biasanya diolah menjadi berbagai produk makanan seperti tempe, tahu, tauco, kecap, dan susu.
Kebutuhan bahan baku industri pengolahan kedelai seperti tempe, tahu maupun kecap, sebagian besar masih dipenuhi dari impor. Impor kedelai pada tahun 2005 mencapai 1,3 juta ton (Sudaryanto dan Swastika 2007). Selain dalam bentuk biji kedelai, impor bungkil kedelai juga masih tinggi untuk memenuhi kebutuhan industri makanan ternak (Kasryno et al. 1985). Untuk itu, produktivitas kedelai di dalam negeri perlu ditingkatkan guna memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat maupun industri makanan ternak.
Budi daya kedelai menghadapi beberapa kendala sehingga produktivitas tanaman rendah. Salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya hasil kedelai di Indonesia ialah serangan hama (Sumarno dan Harnoto 1983). Hama penting pada kedelai antara lain adalah ulat grayak (Spodoptera      litura F.).

Dalam mengendalikan ulat grayak, umumnya petani menggunakan insektisida sintetis karena lebih efektif, cepat diketahui hasilnya, dan penerapannya relatif mudah. Namun, penggunaan insektisida sintetis dapat menimbulkan pengaruh samping yang merugikan, seperti timbulnya resistensi pada hama sasaran, resurjensi hama utama, eksplosi hama sekunder, dan terjadinya pencemaran lingkungan (Oka 1995). Karena itu, perlu dikembangkan metode pengendalian yang lebih efektif dan ramah lingkungan.
Penggunaan insektisida nabati merupakan alternatif untuk mengendalikan serangga hama. Insektisida nabati relatif mudah didapat, aman terhadap hewan bukan sasaran, dan mudah terurai di alam sehingga tidak menimbulkan pengaruh samping (Kardinan 2002). Maryani (1995) mengemukakan bahwa biji sirsak mengandung bioaktif asetogenin yang bersifat insektisidal dan penghambat makan (anti-feedant). Buah mentah, biji, daun, dan akar sirsak mengandung senyawa kimia annonain yang dapat berperan sebagai insektisida, larvasida, penolak serangga (repellent), dan anti-feedant dengan cara kerja sebagai racun kontak dan racun perut (Kardinan 2002). Kardono et al. (2003) mengemukakan bahwa ekstrak daun babadotan mengandung insektisida yang efektif untuk membunuh Sytophilus zeamays dengan LD50 sebesar 0,09% dalam 24 jam. Biji saga yang diekstrak dengan air atau aseton dapat bersifat sebagai racun perut bagi serangga, sedangkan tepung bijinya yang diaplikasikan pada tepung terigu dengan konsentrasi 5% mampu mengendalikan hama gudang Sitophilus sp. selama tiga bulan (Iskandar dan Kardinan 1995).Kardinan dan Iskandar (1997) mengemukakan bahwa larutan daun sembung dalam air dengan konsentrasi 1% yang ditambah 0,10% detergen cair (teepol) menyebabkan  kematian populasi keong mas (Pomacea canaliculata) lebih dari 50%. Ekstrak daun melinjo (Gnetum gnemon) dapat mempengaruhi perilaku makan ulat grayak (Heviandri 1989).
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui teknik ekstraksi dan aplikasi beberapa jenis pestisida nabati untuk menurunkan palatabilitas ulat grayak di laboratorium.Percobaan dilaksanakan pada bulan Februari-April 2006 di laboratorium biopestisida, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian (BB Biogen), Bogor. Bahan-bahan yang digunakan antara lain adalah tanaman kedelai varietas Burangrang yang berumur 28-35 hari setelah tanam (HST), ulat grayak instar 3 yang diperoleh dari hasil pembiakan di laboratorium, biji dan daun sirsak, daun dan bunga babadotan, biji saga, daun sembung, daun melinjo, pupuk NPK (urea, TSP, dan KCl), akuades, dan metanol. Alat yang digunakan meliputi gelas piala, gelas ukur, pot plastik, kotak plastik, homogenizer (blender), sentrifus, freezer dryer, dan pipet. Sebagai ilustrasi dapat dilihat perkembangan ulat grayak (Gambar 1) dan beberapa jenis tanaman yang berpotensi sebagai bahan pestisida nabati (Gambar 2).



 


 

Gambar 2. Beberapa jenis tanaman yang berpotensi sebagai bahan pestisida nabati, laboratorium BB Biogen, Bogor, 2006



Percobaan dilaksanakan dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) faktorial dengan dua faktor. Faktor A adalah jenis pelarut yang terdiri atas dua faktor, yaitu pelarut air dan metanol, dan faktor B adalah jenis ekstrak nabati yang terdiri atas delapan faktor, yaitu: (1) ekstrak biji sirsak (BSr), (2) ekstrak daun sirsak (DSr), (3) ekstrak daun babadotan (DBd), (4) ekstrak bunga babadotan (BBd), (5) ekstrak biji saga (BSg), (6) ekstrak daun sembung (DSb), (7)  ekstrak daun melinjo (DMl), dan (8) kontrol (K). Percobaan diulang tiga kali.
Pembuatan ekstrak bahan nabati dengan pelarut metanol dan air serta aplikasinya dilakukan dengan cara sebagai berikut:
• Pembuatan ekstrak bahan nabati dengan pelarut metanol. Bahan nabati segar sebanyak 25 g dicincang kemudian diekstrak dengan pelarut metanol p.a sebanyak 100 ml selama 15 menit. Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan blender. Hasil ekstraksi disentrifusi selama 20 menit dengan kecepatan 3.000 rpm, kemudian diuapkan menggunakan freezer dryer hingga volume ± 1 ml. Larutan tersebut kemudian diencerkan menggunakan akuades menjadi konsentrasi 5% dan selanjutnya larutan siap digunakan untuk perlakuan.
• Pembuatan ekstrak bahan nabati dengan pelarut air. Bahan nabati segar sebanyak 100 g dicincang kemudian diekstrak dengan pelarut  air dengan perbandingan 1:3. Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan homogenizer/ blender selama 15 menit.  Hasil ekstraksi dibiarkan selama 24 jam kemudian disaring menggunakan kain halus dan selanjutnya larutan siap digunakan sebagai perlakuan
• Aplikasi ekstrak bahan nabati. Daun tanaman kedelai yang berumur 28-35 HST sebanyak dua pucuk dicelup ke dalam ekstrak bahan nabati sesuai perlakuan selama 30 detik. Setelah itu, daun  dikeringanginkan dan ditimbang, kemudian dimasukkan ke dalam kotak plastik berukuran 14 cm x 14 cm x 5 cm. Selanjutnya daun diinfestasi dengan larva ulat grayak instar 3 sebanyak 10 ekor, lalu kotak plastik ditutup dan diberi ventilasi dengan kain kasa. Keesokan harinya daun tersebut ditimbang, kemudian diganti dengan daun baru yang sudah ditimbang, begitu seterusnya sampai 7 hari setelah aplikasi (HSA). Masingmasing perlakuan diulang tiga kali.
Parameter yang diamati adalah tingkat palatabilitas ulat grayak yang diamati berdasarkan tingkat penurunan persentase aktivitas makan, bobot pakan (daun kedelai) yang habis dimakan serangga uji pada periode 1-7 HSA.
Persentase penurunan aktivitas makan dihitung dengan rumus sebagai berikut (Prijono 1988):

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengamatan pengaruh aplikasi bahan nabati terhadap palatabilitas ulat grayak disajikan pada Tabel 1. Pada pengamatan hari pertama setelah aplikasi (1 HSA), palatabilitas larva ulat grayak dari semua perlakuan tidak berbeda nyata dengan kontrol. Larva ulat grayak yang palatabilitasnya terendah terdapat pada perlakuan BSr-M.  Hal ini menunjukkan bahwa aplikasi bahan nabati belum berpengaruh terhadap palatabilitas ulat grayak
Pada pengamatan 2 HSA, semua perlakuan menunjukkan penurunan palatabilitas ulat grayak, dengan palatabilitas terendah pada perlakuan DSr-M. Hal ini menunjukkan bahwa aplikasi ekstrak bahan nabati selain berpengaruh terhadap mortalitas juga mempengaruhi palatabilitas larva ulat grayak. Pada 3 HSA, palatabilitas larva ulat grayak pada hampir semua perlakuan tidak berbeda nyata dengan kontrol, palatabilitas terendah pada perlakuan DBd-M. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak biji sirsak, bunga babadotan, dan daun babadotan dapat menghambat palatabilitas larva ulat grayak atau bersifat anti-feedant (Tabel 1).
Pengamatan pada 4-7 HSA, palatabilitas ulat grayak pada perlakuan bahan nabati yang diekstrak menggunakan pelarut metanol lebih rendah dibandingkan dengan yang diekstrak menggunakan air. Hal ini menunjukkan bahwa pelarut metanol lebih baik dalam menarik senyawa kimia yang



READ MORE - TEKNIK EKSTRAKSI DAN APLIKASI BEBERAPA PESTISIDA NABATI UNTUK MENURUNKAN PALATABILITAS ULAT GRAYAK